TEMPO.CO, Manila - Kesedihan dan kekecewaan menyelimuti rakyat Filipina menyusul kekalahan jago tinju Manny Pacquiao dari petarung asal Amerika Serikat Flyod Mayweather Jr.
Meskipun demikian, mereka tetap menjadikan Pacquiao yang akrab dipanggil Pacman itu sebagai pahlawan bangsa.
Gimnasium dan pusat olahraga, tempat laga adu pukul 12 ronde itu digelar pada Minggu siang, 5 Mei 2015, waktu setempat, mendadak kosong melompong setelah wasit mengumumkan bahwa Pacquiao kalah angka telak.
Herminio Coloma, juru bicara Presiden Benigno Aquino III, mengatakan, "Negara menegakkan kepala demi pahlawan kami."
Dia melanjutkan, Presiden Aquino mengucapkan terima kasih kepada Pacquino, seorang petinju yang juga anggota Kongres, karena dia dianggap telah memberikan inspirasi kepada setiap warga Filipina yang berjuang keras mengubah tantangan hidupnya menjadi lebih bersinar di masa mendatang.
Sejumlah pendukung Pacquiao mengatakan bahwa seharusnya dia pensiun dari dunia ring adapun penyokong lainnya menginginkan digelar pertarungan ulang.
Seorang penulis olahraga Filipina, Rick Olivares, berbicara kepada Al Jazeera bahwa pertarungan kemarin sangat menyedihkan tetapi kami harus realistis mengakui bahwa Flyod Mayweather memenangkan pertadingan ini.
"Peristiwa kemarin menyedihkan dan menusuk bangsa Filipina. Wasit bertindak tidak benar," ucap Olivares. Dia menuturkan lagi, "Saya tahu bahwa Pacuqiao tidak ingin mengakhiri karirnya. Sebagaimana kami katakan sebelumnya bahwa ini merupakan pertarungan warisan dan dia mengalami sejumlah kerugian pada ronde-ronde trakhir."
Roland Purificaction, seorang sopir taksi berusia 45 tahun yang menyaksikan laga adu jotos di televisi layar lebar di halaman Gereja Quiapo, Manila tengah, merasa tidak puas atas hasil pertandingan tersebut. "Namun dia tetap pahlawan kami."
Seorang satpam, Melchor Yaba, 48 tahun, berbicara terus terang bahwa dirinya kalah taruhan 5.000 peso atau sekitar Rp 1,5 juta rupiah setelah jagoannya kalah telak. Angka itu sama dengan separuh gajinya sebulan.
"Aku tak bisa menerima kekalahan dia. Aku sekarang menyesalinya," ucap Yaba. "Saya minta dia jangan mundur dari dunia tinju, harus melakukan tanding ulang."
Di tanah kelahiran Paquiao, Kiamba, sebuah kota nelayan dan pertanian di selatan Provinsi Sarangani, yang diwakilinya sebagai anggota Kongres, warga desa yang tak memiliki televisi berduyun-duyun pergi dengan bus memadati kursi aula olahraga untuk menyaksikan jagoannya berlaga.
Menang atau kalah, pertadingan Pacquiao dengan juara tinju dunia selalu meninggalkan semangat bagi bangsa Filipina di tengah skandal korupsi, pemberontakan di selatan, dan bencana alam pada 2013 oleh angin puyuh super Typhoon Haiyan yang menewaskan lebih dari 7.000 orang.
Jose Luis Nepomuceno, 62 tahun, pensiunan Kongres, membawa istrinya menyaksikan pertandingan ini di kompleks olahraga San Andres, salah satu tempat olahraga populer di Filipina. "Kami boleh tidak berada di Las Vegas, tetapi hati kami berada di sana bersama dia," ujar Nepomuceno.
Seorang manajer gedung bioskop, Rico Ramos, mengaku bahwa penjualan tiketnya kali ini tiga kali lebih besar dari pada pertandingan Pacquiao melawan petinju AS sebelumnya pada Desember 2012, melawan Juan Manuel Marquez.
AL JAZEERA | CHOIRUL AMINUDDIN