TEMPO.CO, Jakarta - Raksasa jejaring sosial, Facebook, mengeluarkan strategi khusus untuk mendongkrak penggunaan aplikasi Messenger. Menurut Kepala Produk Facebook Stan Chudnovsky, tim teknisi memutuskan untuk memisahkan aplikasi Messenger dari aplikasi utama guna meningkatkan penggunaan.
"Jika Messenger tetap terintegrasi dengan aplikasi utama, fitur telepon video tidak akan terlihat oleh para pengguna," kata Stan dalam ajang teknologi di Las Vegas kemarin.
Menurut Stan, para pengguna cenderung mengabaikan aplikasi Messenger dan menganggapnya sebagai fitur biasa. Sejak perombakan besar-besaran di Facebook tahun lalu, para teknisi menambahkan sejumlah fitur baru pada Messenger. Misalnya, ada layanan pembayaran antar-pengguna dan telepon video.
Belakangan, Messenger dijadikan platform yang membuat aplikasi pihak ketiga bisa terintegrasi dan berinteraksi dengan mudah. Misalnya, aplikasi pihak ketiga bisa membuatkan gambar animasi GIF, emoji, dan pesan video.
Menurut Stan, simbol ekspresi sangat penting untuk memperkaya ekspresi pengguna saat berkomunikasi. Sejak diluncurkan kembali, Messenger telah digunakan oleh 600 juta pengguna per bulan, termasuk pengguna di Indonesia.
Jumlah ini memang masih relatif kecil dibandingkan dengan jumlah pengguna Facebook yang telah mencapai 1,44 miliar akun. "Kami memang ingin menutup beda jumlah pengguna ini sehingga pengguna Messenger semakin banyak," ujar Stan.
Menurut situs Mashable, para pengguna Facebook telah menggunakan fitur telepon video pada aplikasi Messenger sebanyak satu juta kali sejak dua hari peluncuran.
MASHABLE | BUDI RIZA