TEMPO.CO, Kathmandu - Malang nian nasib perempuan ini. Della Hoffman, 31 tahun, selamat dari gempa dahsyat di Nepal yang terjadi pada Sabtu siang, 25 April 2015. Namun ia mendapat perlakuan diskriminasi saat evakuasi.
Della adalah warga Amerika Serikat yang tinggal di Colorado. Ia menjelaskan bahwa ia sedang menjelajahi lembah Langteng bersama kekasihnya, Eric Jean, yang berusia 32 tahun ketika gempa berkekuatan 7,9 Skala Richter mengguncang Nepal.
"Kami berencana berlibur selama tiga hari di Nepal. Tapi baru empat jam di hari pertama kami, gempa datang dan menjadi mimpi buruk bagi liburan kami," kata Hoffman, seperti dilansir Daily Mail pada 7 Mei 2015.
Keduanya bersama dengan 80 orang lain terjebak dalam lembah karena akses jalan telah tertutup oleh reruntuhan batu selama lima hari. Dari jumlah itu, 22 orang merupakan wisatawan asing.
Beruntung seorang wisatawan asal Israel memiliki telepon satelit, sehingga dia dapat menghubungi tim penolong dan mengabarkan keluarga mereka bahwa mereka dalam kondisi yang aman.
Setelah tiga hari mereka terjebak, akhirnya ada dua helikopter yang tiba di tempat mereka terperangkap reruntuhan batu. Namun tidak semuanya diselamatkan. Tim penyelamat itu hanya menolong orang yang memiliki asuransi perjalanan wisata, yakni wisatawan asal Israel dan beberapa orang lainnya.
Keesokan harinya, ada helikopter lain yang datang. Namun alasan yang sama digunakan untuk meninggalkan mereka yang kelaparan dan kehausan. Hanya beberapa orang Jepang yang diangkut. "Pilotnya tidak mau mendarat karena terlalu berbahaya, tetapi mereka menolong warga Jepang," kata Hoffman
Hoffman menceritakan bahwa mereka sebenarnya telah membangun heliped di wilayah tersebut sebagai tempat mendarat bagi helikopter. Namun hal itu ternyata tak cukup membantu. Ia pun sadar bahwa helikopter yang datang tersebut adalah helikopter yang dikirim oleh perusahaan asuransi. Mereka hanya mau menolong para pengguna jasanya.
Akhirnya pada hari kelima, helikopter milik pasukan khusus AS datang untuk mengangkut dia dan yang lainnya. Setelah sampai ke Kathmandu, ia menyadari bahwa mereka sangat beruntung.
Pengalaman buruk itu tidak membuat Hoffman jera berlibur ke Nepal. "Saya akan kembali lagi ke sini karena masyarakat Nepal menggantungkan hidupnya pada industri pariwisata," ujar Hoffman.
Gempa Nepal telah menewaskan sedikitnya 7.500 orang. Perdana Menteri Nepal telah mengingatkan bahwa korban bisa mencapai 10.000 orang mengingat masih banyak tempat yang masih belum bisa diakses oleh tim SAR.
DAILY MAIL|YON DEMA