TEMPO.CO, Balikpapan - Pemilik Kapal LCT Daniel 8019, Imam Mustakim, mengatakan pihaknya merugi minimal hingga Rp 12 miliar akibat tenggelamnya kapalnya tersebut. Kerugian ini dihitung berdasarkan nilai kapal LCT buatan 2005 yang ditaksir seharga Rp 12 miliar.
“Kerugian saya perkiraan Rp 12 miliar berdasarkan nilai kapal itu,” kata Imam, Sabtu, 9 Mei 2015.
Imam memperkirakan kerugiannya juga meliputi terganggunya potensi layanan jasa distribusi gas milik Pertamina. Perusahaannya juga masih diwajibkan mengirimkan tabung gas melon sesuai ketentuan kontrak bersama Pertamina.
Imam menegaskan pihaknya masih konsentrasi dalam pencarian anak buahnya yang kini masih dinyatakan hilang. Dia mengatakan faktor keselamatan pegawai menjadi prioritas utama dibandingkan kerugian materi yang akan terjadi akibat peristiwa ini.
“Kalau uang bisa dicari, tapi kalau nyawa siapa yang akan memberikan pada kita,” ujar Imam.
Imam berharap tim penolong segera menemukan korban yang merupakan Kapten Kapal LCT Daniel, Kamarlan Siahaan. Pihaknya akan bertindak koperatif guna membantu proses evakuasi korban bersama aparat Basarnas Balikpapan.
Sebuah kapal LCT Daniel 8019 memuat 37.630 tabung gas melon 3 kilogram terbalik di perairan Sungai Somber Balikpapan Kalimantan Timur, Jumat pukul 21.00 Wita. Sebanyak 6 anak buah kapal (ABK) berhasil menyelamatkan diri menyisakan korban kapten kapal, Kamarlan Siahaan (62 tahun) yang hingga kini masih dalam pencarian.
Para korban selamat di antaranya adalah Jublin, Adrian, M Zainal, Bustan dan Siswanto yang berenang meninggalkan kapal sedang terbalik. Hanya kapten kapal, Kamarlan Siahaan yang diduga masih terperangkap dalam lambung kapal.
Kapal LCT Daniel 8019 ini rencananya berangkat menuju Tarakan. Kapal yang merupakan milik PT Bisma Jaya adalah jasa kontraktor PT Pertamina Unit Pemasaran Balikpapan yang melayani distribusi tabung gas tujuan Tarakan.
SG WIBISONO