TEMPO.CO, Jakarta - Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok yakin penduduk Ibu Kota tahu tempat-tempat lokalisasi atau prostitusi terselubung. Tak jarang dia pun mendapat laporan pengaduan soal lokasi-lokasi prostitusi tersebut.
"Lokasinya juga sudah tak asing lagi untuk warga DKI," kata dia saat ditemui di kantornya, Kamis, 7 Mei 2015.
Menurut dia, banyak warga melapor soal dugaan praktek prostitusi di wilayah Jakarta Barat, seperti di Taman Sari, kawasan Olimo Mangga Besar, dan wilayah Jakarta Utara, tepatnya di Kelapa Gading. Ada yang melaporkan soal kos-kosan, tapi ada pula yang melaporkan unit-unit apartemen.
Ahok mengatakan yang dapat dilakukan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta adalah menindaklanjuti laporan dengan merazia kawasan tersebut. Dari lokasi yang disebutkan, Satpol PP, petugas kelurahan, dan petugas dukcapil baru merazia kos-kosan di kawasan Taman Sari. Sebagian besar penghuni kosan adalah para pekerja hiburan malam di Mangga Besar, Jakarta Barat.
Pada 1970 hingga 1990-an, Jakarta pernah memiliki lokalisasi pelacuran terbesar se-Asia Tenggara di Kramat Tunggak, Kelurahan Tugu, Kecamatan Koja, Jakarta Utara. Saat itu, Jakarta dipimpin oleh Ali Sadikin. Lahan prostitusi ini bahkan berkembang hingga seluas 23 hektare.
Namun, kawasan Kramat Tunggak ditutup pada 1999. Ide penutupan diprakarsai oleh Gubernur DKI saat itu, Sutiyoso. Lokalisasi ini pun dialihkan fungsinya menjadi Jakarta Islamic Center hingga kini.
Sebelumnya, Ahok juga sempat melempar wacana untuk legalisasi lokalisasi pelacuran. Namun, ide ini masih menunggu tanggapan dari masyarakat. Akhirnya, Pemerintah Provinsi memutuskan untuk meneruskan pendataan rumah susun dan kos-kosan di Ibu Kota.
YOLANDA RYAN ARMINDYA
Penjelasan redaksi:
Kami telah mencabut foto ilustrasi yang termuat sebelumnya. Kepada pendiri sekolah tari Timur Tengah Bellydance Jakarta, kami minta maaf atas kesalahan pemuatan foto yang tidak relevan dengan artikelnya. Terima kasih atas koreksinya.