TEMPO.CO, Jakarta - Kriminolog dari Universitas Indonesia, Josias Simon, mengatakan keberadaan prostitusi di DKI Jakarta identik dengan keberadaan tempat hiburan. Ia menilai pertumbuhan keberadaan tempat hiburan memungkinkan keberadaan prostitusi juga bertumbuh.
"Selama tempat hiburan tidak berkurang, ya tidak akan hilang juga," kata Josias Simon, kriminolog dari Universitas Indonesia, ketika dihubungi, Ahad, 10 Mei 2015. Namun ia mengakui tidak semua tempat hiburan di DKI Jakarta menyediakan prostitusi.
Josias meyakini keberadaan lokalisasi dapat menjadi salah satu cara meredam aktivitas prostitusi. Menurutnya wacana keberadaan lokalisasi prostitusi menjadi menarik, karena aktivitas tersebut akan terkonsentrasi hanya di titik-titik tertentu saja.
"Dengan tidak adanya lokalisasi kegiatan ini jadi masuk ke tempat-tempat hiburan dan ke area publik," kata Josias.
Ia mengatakan aktivitas prostitusi tersebar merata di lima wilayah kota Administratif DKI Jakarta.
"Tapi paling rawan di Jakarta Pusat, karena di sini semua level identitas ada dan kemudian sulit dideteksi," kata dia.
"Apalagi sekarang menyebar di apartemen, hotel, dan tempat-tempat berkelas," kata Josias. Penggunaan tempat-tempat berkelas tersebut menurutnya akan membuat aktivitas prostitusi berjalan aman, terlindungi, dan sulit dilaporkan.
MAYA NAWANGWULAN