TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah Kota Depok, Jawa Barat, mengaku kewalahan menampung siswa lulusan SD dan SMP yang mau melanjutkan ke tingkat di atasnya. Saban tahun, ada 4.000 siswa eksodus ke wilayah perbatasan Depok untuk melanjutkan pendidikan.
Kepala Seksi Pendidikan Menengah Dinas Pendidikan Kota Depok Jumait mengatakan Depok memang belum mampu menyerap semua siswa yang ingin melanjutkan ke jenjang SMP dan SMA. Sebab, infrastruktur pendidikan masih minim, sedangkan pertumbuhan penduduk semakin tinggi. "Kami akui memang tidak bisa menampung semua lulusan dari SD dan SMP. Sebagian memang memilih sekolah di sekitar perbatasan Depok," ujar Jumait, Senin, 11 Mei 2015.
Dia menuturkan, tahun ini, Pemkot Depok merencanakan membuka empat SMP dan dua SMA negeri baru. Total, tahun ini akan ada 26 SMP dan 15 SMA negeri di Kota Depok. Pada tahun sebelumnya, pemerintah telah membuka 3 SMP negeri, 3 SMA negeri, dan 1 SMK negeri.
Jadi ada 13 sekolah negeri di Depok yang akan menerapkan belajar satu atap dengan sekolah milik pemerintah lain. "Jadi SMP dan SMA yang belum punya gedung sendiri bisa menempati sekolah lain," ujarnya.
Lebih lanjut, dia menuturkan kuota penerimaan siswa baru (PSB) untuk SMP negeri tahun ini sebanyak 6.512 siswa, sedangkan PSB secara online sebanyak 5.027 siswa. Untuk jenjang SMA negeri dibuka kuota 3.336 siswa, sedangkan PSB online 2.562 siswa.
Saban tahun, ada sekitar 24.000 siswa yang lulus dari SMA, 28.000 murid lulus SMP, dan 32.000 anak lulus SD. "Memang, sekitar 4.000 siswa tak bisa tertampung di Depok. Mereka harus melanjutkan ke wilayah lain atau putus sekolah," katanya.
Saat ini ada 240 siswa SMA negeri yang menumpang dengan sekolah lain, yaitu SMA Negeri 11, 12, dan 13 Depok. Sedangkan untuk SMP, ada 240 siswa dari tiga SMP yang dibuka tahun lalu yang belajar satu atap dengan sekolah lain, yaitu SMP Negeri 20, 21, dan 22 Depok. "Depok memang mengejar target pembukaan sekolah baru sesuai dengan target RPJMD hingga tahun depan," ucapnya.
IMAM HAMDI