TEMPO.CO, New York - Peta baru keberagamaan di Amerika Serikat diungkap Pew Research Center. Dalam penelitian terbarunya, mereka menemukan jumlah umat Kristen di AS menurun, sementara jumlah orang dewasa yang tidak terafiliasi dengan agama tertentu semakin meningkat.
Dalam penelitian bertajuk America's Changing Religious Landscape yang dirilis Selasa, 12 Mei 2015, jumlah penganut Kristen terus menurun sejak tujuh tahun lalu. "Tren ini cukup besar, meluas, dan terjadi di mana-mana," kata Alan Cooperman, direktur Pew untuk penelitian agama.
"Jumlah mereka yang tidak terafiliasi dengan agama telah berkembang selama beberapa dekade," kata Greg Smith, direktur asosiasi Pew. "Tapi kecepatan mereka bertumbuh benar-benar mencengangkan."
Orang-orang yang mengaku tidak berafiliasi dengan agama, sering disebut "nones", sekarang membentuk hampir 23 persen dari populasi orang dewasa di negara ini, menurut studi Pew. Jumlah ini hampir setara dengan Evangelis (25,4 persen), Katolik (sekitar 21 persen), dan arus utama Protestan (14,7 persen).
Dalam survei Pew, persentase orang yang menggambarkan diri mereka sebagai Kristen turun sekitar 8 poin dari 78,4 persen pada 2007 menjadi 70,6 persen. Mereka, kata survei ini, ada di dalam kelompok hampir semua demografis, bukan hanya pada generasi milenium yang lahir di era 2000-an.
Dalam penelitian itu, hampir 86 persen responden mengatakan mereka dibesarkan dalam keluarga Kristen. Namun satu dari lima orang (19 persen) mengatakan mereka tidak menganut agama Kristen.
Meski begitu, Kristen masih mendominasi identitas keagamaan AS (70 persen). Namun hanya gereja-gereja Protestan historis milik kulit hitam yang tak banyak berubah. Ateis dan agnostik meningkat hampir dua kali lipat dan ketidakpedulian untuk agama apa pun juga meningkat.
Tujuh tahun lalu, menurut penelitian Pew sebelumnya, mereka yang tidak terafiliasi terbentuk sekitar 16 persen dari populasi. Sedang arus utama Protestan sekitar 18 persen, Katolik sekitar 24 persen, dan Evangelis 26,3 persen.
Hasil lain penelitian Pew, hanya 3 persen dari mereka yang tak terafiliasi yang menyebut diri mereka ateis. Empat persen mengatakan mereka agnostik, yang berarti mereka tidak tahu apakah Tuhan itu ada, naik 1,6 poin dari tujuh tahun yang lalu.
"Kami sangat menyadari bahwa ini tidak berarti sudah ada lonjakan kaum tak beragama," kata Paul Fidalgo, direktur komunikasi untuk Inquiry Center, sebuah kelompok advokasi sekuler. "Tapi itu merupakan berita baik untuk melihat bagaimana di seluruh generasi orang-orang membuat keputusan sendiri tentang keyakinan, agama, dan spiritualitasnya," katanya.
USA TODAY | CNN | INDAH P.