TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Perhubungan Ignasius Jonan mengatakan, untuk merealisasi rencana proyek angkutan massal kereta ringan (light rapid transit/LRT) di Jabodetabek, dibutuhkan sejumlah penyesuaian. Pasalnya, proyek ini belum masuk rencana tata ruang dan wilayah (RTRW) Ibu Kota dan kota di sekitarnya.
"Memang dibutuhkan penyesuaian, mungkin RTRW daerahnya nanti direvisi, ditambahi LRT ini," kata Jonan di kantornya, Rabu, 20 Mei 2015.
LRT, yang diklaim bakal mengurangi kemacetan Jakarta hingga 30 persen, akan segera dibangun. "Peletakan batu pertamanya tahun ini," kata Jonan.
Ia menyebutkan pembangunan LRT tahap pertama menyasar dua koridor. Yakni Cawang-Dukuh Atas dan Cawang-Grogol.
"Jadi yang pertama dibangun di dalam kota dulu, terus belok ke Jalan Rasuna Said sampai Dukuh Atas. Nah, yang koridor Cawang ke Grogol akan diteruskan hingga ke wilayah Bogor," ucap Jonan.
Panjang koridor dalam pembangunan tahap pertama 30-40 kilometer. Adapun total jarak seluruh koridor bakal mencapai 100 kilometer.
Proyek LRT ini ditargetkan rampung dalam waktu tiga tahun atau pada 2018. "Diperkirakan investasinya mencapai Rp 30 triliun." Dana itu, menurut Jonan, bersumber dari investasi swasta. Sedangkan pelaksana proyek ini ialah PT Adhi Karya.
Jonan mengatakan LRT bakal memiliki daya angkut 200 ribu penumpang. Dengan begitu, moda transportasi ini bisa mengurangi beban kereta rel listrik yang telah mencapai 800.000 penumpang per hari.
PRAGA UTAMA