TEMPO.CO, New York - Amerika Serikat memblokir dikeluarkannya pernyataan penutup dalam Konferensi Kajian Perjanjian Nonproliferasi Nuklir (NPT) yang ditutup pada Jumat 22 Mei 2015 malam di New York. Sikap Amerika Serikat ini dilakukan setelah ada keberatan Israel atas hasil konferensi itu.
Draft final konferensi diharapkan akan memberi tugas kepada Sekjen PBB untuk mengadakan sebuah konferensi internasional untuk membuat Timur Tengah zona bebas senjata nuklir, Maret 2016. Israel keberatan dengan tenggat waktu itu.
Menurut Amerika Serikat, pernyataan itu tidak dikeluarkan karena anggota konferensi tidak dapat mengatasi perbedaan pendapat soal larangan memiliki senjata nuklir di Timur Tengah. Negara besar menyalahkan Mesir dalam soal ini.
Setelah empat minggu perundingan di PBB untuk meningkatkan kepatuhan atas pakta NPT tersebut, tidak ada konsensus di antara 191 penanda tangannya. Wakil Menteri Luar Negeri AS Gottemoeller mengumumkan "tidak adanya kesepakatan" dan menuduh beberapa negara merongrong negosiasi soal ini.
Gottemoeller tidak mengatakan negara mana yang telah mencoba untuk "memanipulasi" konferensi, meskipun sebelumnya ia menuduh Mesir dan negara-negara Arab lainnya membawa "kondisi tidak realistis dan tidak bisa dijalankan" menuju negosiasi. Mesir membantah tudingan itu.
Kekhawatiran AS juga disuarakan oleh Kanada dan Inggris. Delegasi Kairo, Asisten Menteri Luar Negeri Hashim Badr, menyalahkan tiga negara itu atas gagalnya dicapai konsensus dalam konferensi ini, dan menyebut itu adalah "hari yang menyedihkan bagi NPT."
Bulan lalu, Mesir, yang didukung oleh negara-negara Arab dan non-blok lainnya, mengusulkan konferensi itu kepada PBB.
Sekretaris Jenderal Ban Ki-moon mengadakan konferensi regional mengenai pelarangan senjata pemusnah massal (WMD) seperti diminta kajian NPTT tahun 2010. Konferensi ini akan digelar dengan atau tanpa partisipasi Israel, tanpa kesepakatan tentang agenda dan tanpa pembahasan masalah keamanan regional. Kondisi tersebut tidak bisa diterima oleh Israel dan Washington. Keputusan dalam konferensi kajian NPT, yang diadakan setiap lima tahun, dibuat melalui konsensus.
Israel tidak mengkonfirmasi atau menyangkal dugaan bahwa negara ini menjadi satu-satunya pemilik senjata nuklir di Timur Tengah. Israel, yang tidak pernah bergabung dengan NPT, setuju untuk ambil bagian dalam konferensi itu sebagai pengamat, mengakhiri kebijakan absennya selama 20 tahun.
Seruan untuk digelarnya konferensi tahun 2012 tentang larangan WMD di kawasan, disetujui pada pertemuan kajian NPT 2010. Hasil itu membuat marah Israel. Tapi kalangan diplomat mengatakan Israel akhirnya setuju untuk menghadiri pertemuan itu. Hanya saja, konferensi 2012 tidak pernah terjadi, yang itu membuat kesal Mesir dan negara-negara Arab lainnya.
Diplomat Barat mengatakan, proposal konferensi oleh Mesir ddimaksudkan untuk memusatkan perhatian pada Israel, yang diduga sebagai satu-satunya negara pemilik nuklir di Timur Tengah. Sedangkan Washington dan Israel mengatakan program nuklir Iran adalah ancaman nyata bagi kawasan ini. Tudingan ini dibantaj Iran yang mengatakan bahwa program nuklirnya untuk tujuan damai.
Israel mengatakan pihaknya akan mempertimbangkan bergabung dengan NPT setelah ia bisa hidup secara damai dengan tetangga negara Arab dan Iran.
HAARETZ.COM | ABDUL MANAN