TEMPO.CO, Jakarta - Sepekan menjadi topik hangat, isu beras plastik menjadi antiklimaks. Meski Sucofindo menyatakan menemukan tiga senyawa pelentur plastik dalam sampel uji, banyak yang ragu akan keberadaan beras plastik. Bahkan, ada yang menduga ada motif lain seperti iseng atau teror: Begini alasan mereka:
1. Biaya Produksi Tinggi
Pakar kimia dari Universitas Indonesia, Asmuwahyu, mempertanyakan motivasi pembuat beras plastik karena bahan baku dan ongkos produksinya mahal. "Harga plastik olahan paling murah Rp 12 ribu per kilogram, sedangkan beras harganya Rp 7.500 per kilogram," ujarnya.
Baca Juga:
2. Wilayah Peredaran Terbatas
Hingga kemarin, beras plastik hanya ditemukan di satu toko di Kota Bekasi. Selain Bekasi, hanya Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Depok yang masih menguji sampel beras yang diduga mengandung plastik. “Saya menduga isu beras plastik merupakan informasi palsu,” Kepala Badan Perlindungan Konsumen Nasional Ardiansyah Parman mengungkapkan.
3. Impor Beras Belum Dibuka
Ada dugaan beras plastik adalah beras sintetis yang diimpor dari Cina. Namun, menurut Menteri Perdagangan Rachmat Gobel, pemerintah belum membuka izin impor beras. "Selama saya menjabat Menteri Perdagangan, belum pernah melakukan impor beras," kata dia.
4. Biaya Impor Tinggi
Kepala Bidang Penyidikan dan Penindakan Kapabean Bea dan Cukai Riau Agus Wahyono juga ragu beras plastik berasal dari luar negeri. Kalau diimpor secara ilegal, biaya angkutnya mahal dan risiko perjalanan di laut tinggi. Sehingga, "Kemungkinan didatangkan dari luar negeri sangat kecil."
5. Perbuatan Iseng
Pakar ekonomi pertanian Bustanul Arifin menuding pembuat beras plastik adalah orang iseng. Ia pun ragu kasus tersebut merupakan bioterorisme. Alasannya, penyebaran dan korban beras plastik belum jelas. “Namun fenomena ini mencoreng citra bangsa dalam hal keamanan pangan,” tutur dia.
EFRI R