TEMPO.CO, Michigan - Hasil penelitian terbaru menyatakan suami rentan menderita darah tinggi atau hipertensi bila istrinya mengalami stres. Penelitian yang dilakukan Institute for Social Research, University of Michigan, ini menyebutkan hubungan yang buruk dalam perkawinan memberi kontribusi besar terhadap naiknya tekanan darah, terutama bagi suami.
"Kami menemukan bahwa suami memiliki tekanan darah yang tinggi ketika istri memiliki stres akut dan risiko menderita darah tinggi semakin besar ketika suami pernah memiliki pengalaman buruk dalam hubungan," ujar Kira Birditt, peneliti dari Institute for Social Research, Rabu, 27 Mei 2015.
Penelitian ini dilakukan terhadap 1.350 pasangan pada 2006-2010 untuk melihat bagaimana peningkatan tekanan darah pasangan tersebut. Perubahan tekanan darah seseorang sangat terpengaruh oleh kepuasan dalam kehidupan pernikahan. Tekanan darah tetap stabil saat hubungan perkawinan sangat baik. Demikian juga sebaliknya.
Profesor dari University of Texas Medical Branch, Galveston, Kristen Peek, menyebutkan stres lebih sering terjadi pada lelaki dewasa dari golongan yang lebih tua. "Sebab mereka sangat bergantung pada istrinya, seperti dalam hal menyiapkan makanan, melakukan pekerjaan rumah tangga, dan merawat anak," ujar Peek.
Terutama bagi pasangan yang masih menganut konsep gender secara tradisional, rasa sensitif suami terhadap sikap istri masih sangat tinggi. Menurut Peek, banyak suami dari golongan ini yang mengalami penurunan mental dan kesehatan fisik ketika menghadapi penolakan dari istri.
REUTERS | CHETA NILAWATY