TEMPO.CO, Surabaya – Munculnya sejumlah buaya ke permukaan di aliran Sungai Porong, Sidoarjo, sempat meresahkan warga. Buaya sepanjang sekitar 4 meter itu dilaporkan warga muncul di Dusun Awar-awar, Desa Tambakrejo, sejak beberapa hari yang lalu. Untuk itu, Wakil Gubernur Syaifullah Yusuf mengimbau warga agar berhati-hati. “Tolong masyarakat berhati-hati, jangan malah mendekati,” katanya kepada Tempo, Kamis, 28 Mei 2015.
Pria yang akrab disapa Gus Ipul itu mengatakan pihaknya berkordinasi dengan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Jawa Timur untuk memantu kawanan buaya tersebut. “Kalau buaya darat enak, gampang menangkapnya. Lah, kalau buaya sungai itu yang mbingungi,” ucapnya berseloroh.
Kepolisian Resor Sidoarjo juga mengimbau setiap kepala desa untuk menenangkan warganya, sembari pihaknya menyelidiki kemunculan buaya-buaya itu. Setiap kepala desa diminta untuk meneruskan imbauan kepada setiap warganya agar berhati-hati ketika mendekati aliran Sungai Porong. "Tapi munculnya buaya itu belum meresahkan warga karena memang masih jauh dari permukiman," ujar Kepala Kepolisian Resor Sidoarjo Ajun Komisaris Besar Anggoro Sukartono, Selasa, 26 Mei 2015
Buaya muara biasa menghuni berbagai lingkungan air tawar, termasuk sungai, anak sungai, genangan, laguna, dan rawa-rawa. Menurut pakar biologi Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Dewi Hidayati, buaya muncul di sekitar semburan lumpur Lapindo. “Karena kawasan sekitar situ terdapat rawa-rawa bekas penambangan pasir. Buaya tersebut kemungkinan selama ini tinggal di rawa-rawa tersebut,” kata dia.
Kemungkinan lain ialah penurunan kualitas air akibat buangan limbah industri, juga akibat limbah pertanian yang mencapai area rawa-rawa tempat buaya tinggal. Air di rawa-rawa cenderung tidak mengalir, sehingga mengakibatkan kematian dan penurunan populasi hewan-hewan kecil yang menjadi sumber makanannya. “Sehingga mereka berpindah ke area lain untuk memperoleh sumber makanan.”
ARTIKA RACHMI FARMITA