TEMPO.CO, Jakarta - Bahwani, 52 tahun, menolak imbauan Gubernur DKI Basuki Tjahaja Purnama agar tukang ojek bergabung dengan Go-Jek. "Enggak ada gabung-gabungan," tuturnya, Jumat, 12 Juni 2015.
Sebab, kata Bahwani, ada sistem bagi hasil yang diterapkan oleh Go-Je. Dia menambahkan, lebih senang menjadi tukang ojek tanpa harus bergabung dengan Go-Jek lantaran jarak rumahnya dekat dengan pangkalan ojek.
Bahwani mengatakan tak masalah jika Go-Je menyediakan jasa antar-jemput dokumen, tapi jangan ambil penumpang dari tempatnya mangkal, Wisma Mulia. "Masalah seperti ini bisa jadi ribut karena ini urusan perut," ucapnya.
Seorang tukang ojek yang enggan disebutkan namanya mengatakan, untuk memberikan efek jera kepada pengemudi Go-Jek yang menjemput penumpang di Wisma Mulia, dia dan teman-temannya sengaja menghilangkan helm pengemudi Go-Jek. "Sudah delapan yang kami 'sikat'," katanya. Tukang ojek ini menuding pengemudi Go-Jek sering memarkir sepeda motornya sembarangan sehingga menyulitkan tukang ojek di sana.
General Manager of Corporate Relation Go-Jek, Samdiah, mengatakan kehadiran Go-Jek bukan untuk bersaing dengan pengendara ojek pangkalan. "Kami hadir untuk membantu ojek pangkalan berkembang," ujarnya melalui keterangan tertulis, Jumat, 12 Juni 2015.
Cerita kekerasan yang dialami pengemudi Go-Jek merebak di media sosial, seperti Twitter dan Path. Pengguna layanan Go-Jek bercerita bahwa sopir Go-Jek yang ia pesan mendapat ancaman ketika hendak menjemputnya.
Salah satunya adalah pelanggan Go-Jek bernama Boris Anggoro yang menuturkan pengalamannya di Path. "Abangnya nelpon katanya dia disamperin lima abang ojek yang mangkal deket kantor mau dipukulin," tutur Boris di Path.
Tak lama, pengemudi Go-Jek yang sejatinya hendak menjemput Boris kembali menelepon. Sopir itu meminta Boris membatalkan pesanan karena dia dikejar tukang ojek lain hingga lampu merah. Bahkan sopir Go-Jek ini harus bersembunyi di antara pedagang kaki lima.
Awalnya, Boris menyangka si sopir Go-Jek berbohong. Ia pun kembali memesan layanan Go-Jek. Ternyata sopir Go-Jek itu juga mengalami hal yang sama. Bahkan tukang ojek mendorong tubuh pengemudi Go-Jek ini. Lantaran tak ingin sopir Go-Jek tersebut celaka, Boris mengalah dan memintanya pergi. Lalu ia memilih tukang ojek yang mangkal di kantornya untuk mengantar ke Kalibata City. Ia dikenakan biaya Rp 45 ribu. "Sementara rate Go-Jek hanya Rp 27 ribu," ucap Boris.
GANGSAR PARIKESIT | NIEKE INDRIETTA