TEMPO.CO, New York - Di tengah popularitas dan laju kesuksesan film fiksi ilmiah Jurassic World, ahli hewan purba atau paleontologi melayangkan protes keras. Menurut mereka, film garapan Colin Trevorrow memang bisa menginspirasi anak muda untuk mencintai ilmu hewan purba. Namun hampir seluruh babakan cerita diisi sederet ketidakakuratan fakta ilmiah tentang dinosaurus.
“Saya harus menerangkan yang sebenarnya tiap kali memberikan ceramah tentang fosil akibat informasi yang keliru dalam film Jurassic World,” kata peneliti fosil Utah Geologycal Survey, James Kirkland, seperti dikutip dari CBS News, Senin, 15 Juni 2015.
Kirkland menunjukkan kesalahan mendasar pada Tyrannosaurus rex. Seperti dalam adegan film yang dibintangi Chris Pratt dan Bryce Dallas Howard itu, T-Rex digambarkan punya indra penciuman yang payah dan hanya bisa melihat manusia saat objek itu bergerak.
Selain itu, Raptor juga ditampilkan sebagai makhluk hidup yang bisa berkomunikasi satu sama lain dan mampu membuka pintu. “Seharusnya produser menghadirkan adegan yang lebih menarik,” Kirkland menyarankan.
Ada juga fakta ilmiah soal Pterosaurus yang keliru. Ratusan ekor Pterosaurus digambarkan lepas dari kubah kaca raksasa usai helikopter menabrak atapnya. Lantas, mereka beterbangan hingga mencapai kerumunan pengunjung di tengah taman bermain. Faktanya, kaki Pterosaurus tak mampu mengangkat objek ke udara. Sebab, bentuk fisiologi kaki mereka memang tak memungkinkan untuk mencengkeram.
Selain itu, Gallimius yang ditampilkan juga tak akurat. Produser memberi gigi tajam di bagian paruh, padahal sejatinya Gallimius ompong. Ukurannya pun terlampau raksasa. “Hal yang menyedihkan ialah informasi soal dinosaurus di Jurassic World seperti mengabaikan temuan terbaru pada dekade 1990 sampai 2010,” kata paleontologis dari University of Maryland, Thomas R. Holtz Jr.
Toh, ketidakakuratan fakta ilmiah pada Jurassic World mendapatkan dukungan. Salah satunya Jack Horner, ahli biologi molekuler yang menulis buku How to Build a Dinosaur. Horner pula yang menjadi konsultan ilmiah dalam film berbiaya US$ 150 juta itu. “Ini film, film fiksi,” dia berujar.
Karena film fiksi, kata Horner, ilmuwan tak perlu menghakimi berdasarkan argumentasi dan data ilmiah soal akurasi makhluk yang tayang selama pertunjukan. “Jurassic World bukan film dokumenter,” dia menegaskan.
RAYMUNDUS RIKANG | CBS NEWS