TEMPO.CO, Yogyakarta - Kolonel Sus Mardoto menduga putranya, Akseyna Ahad Dori, 18 tahun, dibunuh. Mardoto mensinyalir pembunuh Akseyna adalah orang dekat yang ada di sekeliling anaknya di Depok.
“Sebab, saya tak kenal betul dengan lingkungan pergaulan Akseyna selama ia di Depok,” ujar Mardoto dalam wawancara dengan Tempo di Yogyakarta, Rabu, 10 Juni 2015. Mardoto berfirasat motif pembunuhan Akseyna ialah masalah pribadi.
Pada kesempatan itu, Mardoto membeberkan sejumlah kejanggalan kematian Akseyna.
1. Sambungan Telepon
Pada Minggu siang, 29 Maret 2015, keluarga mengirimkan pesan pendek ke ponsel Akseyna. Saat itu status pesan pending. Namun, pada malam harinya, pesan tersebut terkirim atau delivered.
Mengetahui pesan telah terkirim, ibu Akseyna, Karimatul Ummah, langsung menghubungi nomor telepon Akseyna. Namun yang menjawab bukan Akseyna.
Seseorang yang mengaku teman Akseyna dan sedang menginap di kamar kos Akseyna menjawab panggilan telepon Karimatul. “Dia mengaku sebagai temannya dan mengatakan bahwa Akseyna sedang tidak di kamar,” kata Mardoto.
Pada Senin siang, 30 Maret 2015, keluarga kembali menghubungi ponsel Akseyna. Namun sambungan telepon itu tak terjawab. Karimatul kemudian menghubungi nomor telepon rumah kos Akseyna.
Sambungan telepon itu dijawab penjaga kos. Si penjaga kos menyatakan Akseyna belum pulang dan di kamarnya ada beberapa teman Akseyna. Menurut penjaga kos itu, teman-teman Akseyna sedang mengakses laptop Akseyna yang katanya banyak dipasangi password.
Selanjutnya, Karimatul—melalui penjaga kos—meminta berbicara dengan salah satu teman Akseyna. Pada sambungan telepon tersebut, teman Akseyna mengatakan memang sedang berada di kamar Akseyna. Dia berujar tidak sendirian, tapi bersama beberapa teman Akseyna yang lain.
Padahal, tiga hari sebelum percakapan ini terjadi, jasad Akseyna ditemukan mengambang di danau UI pada Kamis, 26 Maret 2015.
Selanjutnya: Banyak teman di kamar Akseyna