Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Penembak 9 Jemaat Gereja Charleston Ternyata Pendiam  

image-gnews
Sejumlah petugas kepolisian berjaga-jaga di depan gereka Emanuel AME setelah terjadinya penembakan di in Charleston, 17 Juni 2015. Delapan dari sembilan korban tewas seketika saat seseorang melepaskan tembakan di dalam Gereja Emanuel. AP/David Goldman
Sejumlah petugas kepolisian berjaga-jaga di depan gereka Emanuel AME setelah terjadinya penembakan di in Charleston, 17 Juni 2015. Delapan dari sembilan korban tewas seketika saat seseorang melepaskan tembakan di dalam Gereja Emanuel. AP/David Goldman
Iklan

TEMPO.CO, Charleston - Dylann Roof, pelaku penembakan jemaat Gereja Charleston,  dikenal sebagai sosok pemuda yang ramah dan sopan. Seorang kerabat dekat Dylann, yaitu nenek tirinya, mengatakan Dylann tertutup terhadap segala aktivitasnya. Belakangan neneknya mengetahui pemuda berusia 21 tahun ini bergabung dalam kelompok rasis.

"Dia berubah menjadi seorang penyendiri sejak beberapa tahun terakhir. Tidak ada yang tahu mengapa dia menjadi seperti itu," kata sang nenek, seperti dikutip Wall Street Journal, Jumat, 19 Juni 2015. Dylann merupakan anak seorang kontraktor. Dia dikenal baik di awal masa sekolah dan menyukai hewan peliharaan. Namun Dylann tidak menyelesaikan pendidikannya di tingkat sekolah menengah dan hidup terkatung-katung.

Dylann sempat mengulang pelajaran kelas sembilan di Sekolah Menengah White Knoll, Lexington, Carolina Selatan. Juru bicara Lexington di bidang pendidikan mengatakan ketika naik ke kelas 10 pada Februari 2010, Dylann meninggalkan White Knoll. Sebulan kemudian Dylann mendaftar di SMU Dreher, Columbia. Di sekolah barunya, Dylann hanya belajar sampai Mei 2010 dan kemudian pergi tanpa kabar.

Seorang kerabatnya mengatakan Dylann tinggal bersama ayahnya, Ben Roof, di Columbia. Kerabatnya menceritakan Ben seorang pekerja keras. Suatu ketika Ben pernah mengeluhkan kondisi Dylann yang kurang produktif, gemar bermain video game, dan memilih tidak bekerja.

Di lain pihak, temannya menuturkan Dylann terlihat lebih muda dibandingkan dengan usianya. Ia dikenal penyendiri dan jarang tersenyum. "Anda bisa melihat kalau dia punya masalah," kata teman Dylann yang enggan disebutkan namanya.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Beberapa bulan sebelum insiden penembakan terjadi, polisi mendapatkan laporan ihwal Dylann yang bertingkah aneh ketika mengunjungi pusat perbelanjaan. Pada 28 Februari, Dylann ditahan atas kepemilikan obat terlarang. Dengan mengenakan pakaian serba hitam Dylann bertanya ke beberapa pegawai di dua toko tentang jam kerja pegawai dan waktu operasional mal. Saat polisi menciduknya, Dylann mengaku mendapat tekanan dari orang tuanya untuk mencari pekerjaan.

Tak lama setelah insiden penembakan di Gereja Charleston, Carolina Selatan, Amerika Serikat, pada Rabu malam, 17 Juni 2015 waktu setempat, polisi membekuk Dylann Roof. Dari keterangan sementara polisi, sebelum menembak para jemaat, pelaku meneriakkan sentimen kebencian kepada korban. Sembilan orang tewas dalam kejadian itu.

WALL STREET JOURNAL | ADITYA BUDIMAN

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Indonesia Sumbang 1,09 Persen Kasus Covid-19 Dunia

7 Februari 2021

Seorang wanita meniup kantong plastik saat mengambil sampel udaranya untuk tes Covid-19 menggunakan GeNose C19 di sebuah stasiun kereta di Jakarta, Rabu, 3 Februari 2021. Alat buatan Indonesia ini mulai digunakan untuk screening penumpang kereta jarak jauh. REUTERS/Ajeng Dinar Ulfiana
Indonesia Sumbang 1,09 Persen Kasus Covid-19 Dunia

Indonesia saat ini menempati urutan ke-19 kasus sebaran Covid-19 dari 192 negara.


Orient Riwu Kore Mengaku Ikut Pilkada Sabu Raijua karena Amanat Orang Tua

6 Februari 2021

Bupati terpilih Sabu Raijua, NTT, Orient P Riwu Kore menjadi perbincangan setelah disebut-sebut sebagai warga negara Amerika Serikat. Orient mengakui sempat memiliki paspor AS, namun tidak lantas mengubah status kewarganegaraannya. Facebook.com
Orient Riwu Kore Mengaku Ikut Pilkada Sabu Raijua karena Amanat Orang Tua

Bupati Sabu Raijua terpilih, Orient Riwu Kore, mengungkapkan alasannya mengikuti pemilihan kepala daerah 2020


Tidak Lagi Jadi Presiden, Pemakzulan Donald Trump Tak Cukup Kuat

4 Februari 2021

Presiden Amerika Serikat Donald Trump saat mengikuti pertemuan dengan Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong di Istana di Singapura, 11 Juni 2018. REUTERS/Jonathan Ernst
Tidak Lagi Jadi Presiden, Pemakzulan Donald Trump Tak Cukup Kuat

Tim pengacara Donald Trump berkeras Senat tak cukup kuat punya otoritas untuk memakzulkan Trump karena dia sudah meninggalkan jabatan itu.


Keluarga Korban Sriwijaya Air SJ 182 Diminta Tak Teken Release And Discharge

3 Februari 2021

Keluarga Korban Sriwijaya Air SJ 182 Diminta Tak Teken Release And Discharge

Pengacara keluarga korban Lion Air JT 610 meminta ahli waris korban Sriwijaya Air SJ 182 tidak meneken dokumen release and discharge atau R&D.


Krisis Semikonduktor, Senator Amerika Desak Gedung Putih Turun Tangan

3 Februari 2021

Ilustrasi microchip semikonduktor. [REUTERS/Kim Kyung-Hoon]
Krisis Semikonduktor, Senator Amerika Desak Gedung Putih Turun Tangan

Pada 2019 grup otomotif menyumbang sekitar sepersepuluh dari pasar semikonduktor senilai 429 miliar dolar Amerika Serikat.


Amerika Serikat Longgarkan Aturan soal Imigran Suriah

30 Januari 2021

Sekitar ratusan ribu warga Amerika Serikat turun ke jalan pada Sabtu, 30 Juni 2018, menuntut pemerintahan Presiden Donald Trump mengizinkan imigran masuk dan mempertemukan anak imigran dengan orang tua mereka. Reuters
Amerika Serikat Longgarkan Aturan soal Imigran Suriah

Imigran dari Suriah mendapat kelonggaran aturan sehingga mereka bisa tinggal di Amerika Serikat dengan aman sampai September 2022.


Tutorial Membuat Bom Ditemukan di Rumah Pelaku Kerusuhan US Capitol

30 Januari 2021

Gas air mata dilepaskan di antara pengunjuk rasa saat bentrokan dengan polisi di Gedung Capitol pada rapat pengesahan hasil pemilihan presiden 2020 oleh Kongres AS di Gedung Capitol AS di Washington, 6 Januari 2021. Sekitar 350 pasukan Garda Nasional D.C. dikerahkan untuk mengantisipasi kerusuhan yang diperkirakan akan terjadi. REUTERS/Shannon Stapleton
Tutorial Membuat Bom Ditemukan di Rumah Pelaku Kerusuhan US Capitol

Tutorial pembuatan bom ditemukan di rumah anggota kelompok ekstremis Proud Boys, Dominic Pezzola, yang didakwa terlibat dalam kerusuhan US Capitol


Amerika Serikat Kecam Pembebasan Pembunuh Jurnalis Oleh Pakistan

29 Januari 2021

Wartawan asal Amerika Serikat, Daniel Pearl, yang tewas dipenggal pada 2002. Sumber: The Times of Israel
Amerika Serikat Kecam Pembebasan Pembunuh Jurnalis Oleh Pakistan

Pemerintah Amerika Serikat mengecam pembebasan pembunuh jurnalis Wall Street, Journal Daniel Pearl, oleh Mahkamah Agung Pakistan.


Amerika Serikat Izinkan Pensiunan Dokter Lakukan Vaksinasi Covid-19

29 Januari 2021

Dokter umum Luisa Vera bereaksi setelah menerima vaksin virus corona (Covid-19) buatan Pfizer-BioNTech di Universitas Kesehatan Indiana, Rumah Sakit Methodist di Indianapolis, Indiana, Amerika Serikat, Rabu, 16 Desember 2020. Kredit: ANTARA FOTO/REUTERS/Bryan Woolsto/HP/djo/am.
Amerika Serikat Izinkan Pensiunan Dokter Lakukan Vaksinasi Covid-19

Pemerintah Amerika Serikat kini mengizinkan dokter dan perawat yang sudah pensiun untuk memberikan suntikan vaksin Covid-19


Jenderal Israel Minta Joe Biden Tidak Bawa AS Kembali Ke Perjanjian Nuklir Iran

27 Januari 2021

Silinder berisi uranium di fasilitas nuklir Fordow, Iran.[IRNA]
Jenderal Israel Minta Joe Biden Tidak Bawa AS Kembali Ke Perjanjian Nuklir Iran

Kepala Staf Pasukan Pertahanan Israel (IDF) Letnan Jenderal Aviv Kochavi mengatakan hal yang salah jika AS kembali ke perjanjian nuklir Iran