TEMPO.CO, Jakarta - PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk menawarkan tingkat kupon obligasi di batas atas dalam tiga seri penerbitan obligasi senilai Rp 3 triliun. Dalam keterangan yang diterbitkan perseroan, tingkat kupon untuk seri A mencapai 8,4% atau batas atas dari kisaran penawaran kupon 8,1 -8,4 persen. Seri A bertenor 370 hari dengan jumlah emisi sebanyak Rp 655 miliar.
Sementara itu, untuk penerbitan seri B senilai Rp925 miliar dan bertenor tiga tahun, BRI menawarkan kupon 9,2 persen atau batas dari penawaran 8,7-9,2 persen. Untuk seri C bertenor 5 tahun, BRI menawarkan kupon 9,5 persen juga batas atas dari kisaran penawaran 9,1-9,5 pereen. Jumlah emisi untuk seri C merupakan yang terbesar dibandingkan dengan dua seri lainnya, yakni sebesar Rp 1,42 triliun.
Sebagaimana diketahui, penerbitan obligasi Rp 3 triliun tersebut merupakan bagian dari penerbitan berkelanjutan dengan total emisi sebanyak Rp 12 triliun.
Haru Koesmahargyo, Direktur Keuangan BRI sebelumnya mengatakan penerbitan obligasi dimaksudkan untuk menekan risiko mismatch likuiditas karena tenor yang lebih panjang dibandingkan dengan deposito. Dia menerangkan, sumber dana dari deposito terbilang labil sehingga tingkat biaya dana cenderung fluktuatif.
Haru menyebut, tenor deposito BRI sebagian besar bertenor 1 bulan dan 3 bulan. Per Maret 2015, porsi deposito tenor 1 bulan dan 3 bulan mencapai 61,74 persen dari total deposito. Sementara itu, jumlah deposito melonjak 42,5 persen sehingga turut menaikkan beban bunga hingga 60,2 persen.
Penerbitan surat utang menurut Haru juga akan melonggarkan rasio intermediasi perseroan. Sebagaimana diketahui, Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) berencana memperluas definisi simpanan. "Setiap penambahan likuiditas Rp 5 triliun akan menurunkan LDR 1 persen," katanya.