TEMPO.CO, Jakarta - Pakar psikologi politik dari Universitas Indonesia, Hamdi Muluk, mengatakan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama tetap berpeluang memenangi pemilihan Gubernur DKI Jakarta pada 2017 walaupun maju dari jalur independen. Hal itu karena tren pemilih sekarang cenderung melihat kandidat dari sisi personalnya.
"Pemilih lebih melihat siapa yang maju, bukan mobilisasi partai," ucapnya dalam acara diskusi dengan tema "Menakar Peluang Ahok Maju sebagai Calon Independen" di Balai Kota, Jumat sore, 26 Juni 2015.
Contohnya, ujar dia, pada pilkada DKI 2012. Saat itu Joko Widodo dan pasangannya, Ahok, bisa memenangi kompetisi. Padahal, tutur dia, pasangan tersebut tak mendapat banyak sokongan partai politik.
Selain itu, pemilih, kata Hamdi, condong memilih kandidat yang memiliki kemampuan dan integritas. "Dua faktor tersebut yang harus dipunyai saat kampanye," ucapnya.
Sementara itu, Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Jakarta Muhammad Taufik ragu Ahok bisa memenangi pilkada DKI pada 2017. Musababnya, ujar dia, Ahok telah melanggar banyak aturan.
Dia mencontohkan, salah satu kegagalan dalam kepemimpinan Ahok ialah rendahnya serapan anggaran hingga saat ini, yakni kurang dari 20 persen. Selain itu, tutur Taufik, Ahok sewenang-wenang karena mengancam pegawainya sendiri. "Partai kami pun tak akan menerima Ahok kembali," katanya.
Semenjak Ahok berseberangan dan keluar dari Partai Gerakan Indonesia Raya, belum ada satu partai pun yang berhasil merekrut Ahok sebagai kader. Jika Ahok akan maju lagi dalam pilkada DKI 2017, dia harus bergabung dalam partai politik atau maju melalui jalur independen.
GANGSAR PARIKESIT