TEMPO.CO , Den Haag - Perusahaan minyak multinasional asal Belanda, Royal Dutch Shell, terpaksa akan mengurangi sekitar 6.500 karyawan secara global menyusul anjloknya kinerja usaha. Perusahaan minyak yang bermarkas di Den Haag itu baru saja mengumumkan penurunan laba dan pendapatan pada triwulan kedua 2015.
Penurunan kinerja itu terjadi karena dampak penurunan harga minyak dunia, terutama di Amerika Serikat, antara musim gugur lalu dan musim panas ini. Bahkan, pada musim gugur lalu, harga minyak dunia yang turun drastis membuat harga bensin di AS anjlok di bawah US$ 2 per galon.
Baca Juga:
Selain pengurangan karyawan, Shell akan memangkas biaya operasional untuk efisiensi. Tahun ini, Shell akan mengurangi biaya produksi senilai 3,66 miliar euro (US$ 4 milar atau Rp 54,04 triliun). Bukan hanya itu, investasi juga akan dipangkas sebesar US$ 7 miliar.
Shell mengumumkan pendapatan (termasuk laba dari usaha patungan, pendapatan bunga, dan lainnya) pada triwulan kedua 2015 anjlok dibanding periode yang sama pada tahun lalu dari 101,72 miliar euro menjadi 66,22 miliar euro. Sedangkan total pendapatan anjlok dari 105,5 miliar euro menjadi 67,7 miliar euro.
"Kami harus bertahan di tengah kondisi harga minyak dunia yang menurun. Kami harus melakukan efisiensi untuk memulihkan kinerja," kata CEO Shell Ben van Beurden, Ahad, 2 Agustus, seperti dilansir dari Xinhua.
Beurden mengatakan perusahaan harus mengambil keputusan yang bijaksana di tengah kondisi seperti ini. "Bagaimana kami harus mengelola perusahaan dengan baik agar bisa tetap memberikan dividen bagi pemegang saham," ucapnya.
SETIAWAN ADIWIJAYA