TEMPO.CO, Jakarta - Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok menyatakan Jakarta memang sudah siap sejak lama menjadi Ibu Kota Komunitas Diplomatik ASEAN.
Menurut Ahok, kesiapan itu bakal bertambah matang jika beberapa megaproyek menjelang Asian Games 2018 sudah rampung. “Memang Jakarta sudah siap sejak lama menjadi Ibu Kota Diplomatik ASEAN,” kata Ahok di Balai Kota, Senin, 10 Agustus 2015.
Sebelumnya, Menteri Luar Negeri Retno L.P. Marsudi menyatakan kesiapan untuk menjadikan Jakarta sebagai Capital ASEAN Diplomatic Community. Komitmen itu ditunjukkan Retno dengan meresmikan perluasan Sekretariat ASEAN di Jalan Sisingamangaraja, Jakarta. "Perluasan sekretariat ini merupakan upaya pemerintah Indonesia untuk memfasilitasi pertemuan-pertemuan ASEAN," kata Retno.
Menurut Retno, dalam waktu mendatang, mitra-mitra ASEAN akan banyak berdatangan begitu pula dengan pertemuan yang akan dilakukan. Tak hanya itu, negara-negara yang membuka misi khusus untuk ASEAN juga akan bertambah. Demi efisiensi, kata Retno, pertemuan tersebut hendaknya dilaksanakan di Sekretariat ASEAN sehingga gedung itu perlu diperluas.
Ahok menambahkan, pemerintah DKI sudah membantu upaya itu dengan memberikan gedung bekas Wali Kota Jakarta Selatan untuk kantor. Selain itu, dia juga membangun transportasi publik seperti mass rapid transportation (MRT) dan kereta ringan di sekitar ruas Jalan Sisingamangaraja. “Akses ke Sekretariat ASEAN akan mudah dicapai dengan fasilitas MRT dan LRT,” dia menjelaskan
Menurut Ahok, momentum yang tepat untuk menunjukkan kesiapan Indonesia sebagai ibu kota forum internasional ialah Asian Games yang berlangsung tiga tahun lagi.
Waktu itu dianggap tepat karena banyak perwakilan negara asing datang ke Indonesia. “Pas sekali karena jembatan layang Semanggi jadi dan Kampung Atlet Kemayoran juga rampung,” kata Ahok.
Tak hanya itu, Ahok berujar, Ibu Kota Komunitas Diplomatik tak cuma berdampak politik internasional, tapi juga ekonomi daerah. Sebab, bakal banyak digelar sidang dan forum internasional yang menyedot kehadiran duta besar dan perwakilan tidak tetap negara sahabat.
“Otomatis mereka menginap di hotel, makan, dan menghabiskan uang sakunya di Jakarta yang artinya pemasukan untuk kas daerah,” ujar Ahok.
RAYMUNDUS RIKANG