TEMPO.CO, Depok – Rabu, 26 Agustus 2015, tepat lima bulan misteri kematian mahasiswa Universitas Indonesia, Akseyna Ahad Dori, belum terungkap. Polisi mengatakan telah menemukan titik terang tapi belum mengungkap siapa pembunuh Akseyna.
Kolonel Sus Mardoto, ayah Akseyna, berharap polisi segera mengungkap kematian anaknya. Melalui akun media sosial Twitter, Mardoto mencuit doanya agar kematian anaknya segera terungkap.
"26 Maret, jasadmu diketemukan mengambang di Danau Kenanga, Universitas Indonesia. Hari ini lima bulan berselang, 26 Agustus 2015. Doa kami selalu untukmu, Ace," cuit Mardoto, Rabu 26 Agustus 2015. Cuitan itu untuk mengenang tanggal kepergian Ace--panggilan akrab Akseyna.
Selain itu, soal kematian anaknya, Mardoto menduga Akseyna tidak hanya mendapatkan kekerasan fisik, tapi juga kekerasan akademis. "Saya semakin yakin: Ace mengalami tindakan-tindakan dari orang-orang yang tidak bertanggung jawab dalam bentuk kekerasan akademis dan kekerasan fisik," ucap Mardoto lewat akun Twitter-nya pada Selasa, 25 Agustus 2015.
Akseyna adalah mahasiswa Jurusan Biologi Fakultas Ilmu Pengetahuan Alam UI yang jasadnya ditemukan mengapung di Danau Kenanga dengan mengenakan ransel berisi batu. Pada beberapa bagian tubuhnya terdapat luka lebam akibat benturan dengan benda tumpul.
"Kami keluarga yang patuh aturan hukum dan ingin hukum ditegakkan dengan cara yang benar agar kasus ini cepat terungkap," ujar Mardoto.
Mardoto menuturkan, meski sudah lebih dari empat bulan pelaku belum tertangkap, keluarga masih sabar menunggu hasil penyidikan Kepolisian Resor Depok dan Kepolisian Daerah Metro dalam mengungkap kasus ini.
Adapun Kepala Departemen Biologi Fakultas Matematika dan IPA Yasman mengatakan tak mengerti maksud kekerasan akademis yang diungkapkan ayah Ace. "Kekerasan fisik, saya paham. Kalau kekerasan akademis, saya tak paham. Baru kali ini saya tahu," ujarnya, Rabu, 26 Agustus 2015.
IMAM HAMDI