TEMPO.CO, Malang - Tosan, 52 tahun, petani penolak tambang pasir di Desa Selok Awar awar, Kecamatan Pasirian, Kabupaten Lumajang, dianiaya dan dikeroyok di depan istrinya. Istri Tosan, Ati Hariati, mengaku mengetahui secara langsung pengeroyokan yang dilakukan segerombolan orang pada Sabtu lalu.
"Saya tahu dan mengenal pelaku pengeroyokan," kata Ati saat menjaga suaminya di Rumah Sakit Saiful Anwar, Malang, Senin, 28 September 2015. Pengeroyokan itu juga menyebabkan Salim alias Kancil tewas setelah dianiaya dengan sadis. Kedua korban pengeroyokan adalah pengurus Forum Komunikasi Masyarakat Peduli Pesisir di Desa Selok Awar-awar.
Salim dan Tosan dikenal vokal menolak penambangan pasir. Saat kejadian, ucap Ati, Tosan tengah duduk di depan rumah. Sedangkan Ati tengah memasak di dapur. Sekitar pukul 07.00 WIB, tiba-tiba sekitar 30 orang menjemput paksa Tosan. "Posisinya jongkok dan kedua tangan menutup kepala melindungi pukulan benda keras," ujarnya.
Pelaku melayangkan batang besi, batu, dan cangkul ke arah kepala Tosan. Mereka juga menendang dan memukuli tanpa ampun. Sontak Ati berlari menyelamatkan suaminya. Ati melawan, memegang tangan pelaku, sehingga Tosan dengan kepala berlumuran darah berhasil melarikan diri.
Sedangkan tetangga sekitar tak ada yang berani melerai ataupun menghentikan penganiayaan itu. Pelaku pun terus mengejar serta melayangkan pukulan dan tendangan secara bertubi-tubi. Bahkan ada pelaku yang melindas tubuh Tosan dengan sepeda motor.
"Tubuh suami saya ditinggalkan di dekat lapangan," tuturnya. Saat itu tubuh Tosan tak bergerak dan diduga meninggal. Selanjutnya Tosan dilarikan ke Puskesmas Pasirian dan dirujuk ke Rumah Sakit Saiful Anwar, Malang.
EKO WIDIANTO