TEMPO.CO, Jakarta- Juru bicara PT Freeport Indonesia (PTFI), Riza Pratama, membantah tudingan Rizal Ramli yang mengatakan Freeport tidak memberi faedah besar bagi rakyat dan bangsa Indonesia.
"Sebagai kontraktor Pemerintah Indonesia, kegiatan operasional kami dilakukan sesuai dengan ketentuan dan peraturan yang berlaku," ujar dia saat dihubungi Tempo, Jumat, 9 Oktober 2015.
Riza Pratama memaparkan jumlah tenaga kerja PTFI saat ini mencapai sekitar 30.000 orang, yang lebih dari 95 persennya adalah putra-putri bangsa dari Sabang sampai Merauke. Dari total jumlah karyawan tersebut, lebih dari 25 persennya adalah putra-putri Papua yang menduduki berbagai posisi, mulai dari level junior hingga vice president.
Sebelumnya, Menteri Koordinator Kemaritiman Rizal Ramli menuding PTFI tidak memberi faedah besar bagi rakyat dan bangsa Indonesia. Rizal juga menyentil soal mental pejabat pada sektor tambang. "Rakyat sangat miskin karena Freeport hanya bayar royalti satu persen untuk emas. Di seluruh dunia, royalti emas itu enam sampai tujuh persen," ujar Rizal.
Menurut Rizal Ramli, cadangan emas dan tembaga Indonesia yang kini dikuasai perusahaan asing itu mencapai 30 – 40 tahun. Di sisi lain, banyak pula kontrak karya yang akan selesai dalam 5 – 10 tahun lagi. Dengan demikian, menurut Rizal, itulah kesempatan negara bisa mengulang sejarah agar sumber daya mineral dapat bermanfaat besar bagi rakyat dan bangsa Indonesia.
Rizal Ramli pun berpendapat, kalau saja perusahaan itu menerapkan tata kelola perusahaan yang baik, tentu tidak sulit memroses limbah tersebut supaya tidak mencemari lingkungan. "Tapi karena greedy (rakus), enggak mau bayar, ditambah payung hukum di kita lemah. Padahal, di negaranya sendiri, kalau merusak lingkungan hidup, seperti di Teluk Meksiko, bayar denda puluhan miliar dolar AS," tutur Rizal.
Riza pun menjelaskan, dalam kaitannya dengan pengembangan masyarakat, PT Freeport menganggarkan dana investasi yang programnya dikelola langsung oleh PT Freeport melalui program kemitraan dengan Lembaga Pengembangan Masyarakat Amungme dan Kamoro (LPMAK) dalam bidang kesehatan, pendidikan, ekonomi, dan budaya. "Semuanya beranggotakan perwakilan pemerintah lokal, para tokoh Papua, pemimpin masyarakat adat Amungme dan Kamoro," kata dia.
Jumlah dana investasi PT Freeport untuk pengembangan masyarakat, baik yang dikelola langsung maupun melalui kemitraan, ialah dengan LPMAK. "Pada tahun 2014, dana investasi mencapai US$ 92,2 juta. Sedangkan, total dari tahun 1992 – 2014 mencapai US$ 1,3 miliar," ucap Riza.
ABDUL AZIS