TEMPO.CO, Bandung - Pendulum Foucault buatan tim Observatorium Bosscha, Lembang, ingin membuktikan teori lawas yang masih kontroversial. Konon, saat gerhana matahari total, ada pengaruh gravitasi dan percepatan sedikit rotasi bumi lalu berputar normal kembali.
Pendulum modern yang dikerjakan berbulan-bulan itu bisa membuat bandul mengayun berkelanjutan, dan data tercatat secara otomatis sepanjang listrik mengalir. Alat itu mengadopsi pendulum buatan tim peneliti dari Argentina. “Kalau mati listrik, tidak masalah, bisa dari awal lagi,” kata astronom yang ikut mengoperasikan alat tersebut, Mohamad Irfan.
Baca: Pendulum Gerhana Matahari Bosscha Mulai Bekerja
Di ruangan bengkel teknik observatorium, tim menggantung bandul berupa silinder besi seberat 12 kilogram dengan seutas kawat baja setinggi hampir 3 meter. Di bawahnya terdapat alat pengendali ayunan bandul agar lintasannya senantiasa hampir lurus, dengan komponen seperti lingkaran tembaga, elektromagnet, dan sepasang sensor gerak. “Sensor itu yang mendorong dan menahan secara otomatis gerak bandul,” kata Irfan.
Tanpa pengendali, bandul akan berayun dengan bentuk lintasan elips. Lintasan lonjong itu perlu dihitung ulang kembali dengan rumus persamaan agar sesuai dengan teori dari percobaan yang telah dilakukan. Tersambung ke listrik dengan arus rendah, tim juga memasang komponen mikrokontroler dan gir, serta menghubungkan perangkat itu ke komputer untuk pencatatan data secara otomatis.
Baca: Benarkah Gerhana Matahari Total Pengaruhi Gravitasi?
Sebelumnya, pada gerhana matahari total 30 Juni 1954 dan 22 Oktober 1959 di Prancis, ilmuwan Maurice Allais melihat adanya anomali pada gerak pendulum. Saat terjadi gerhana, gerak pendulum yang searah jarum jam berputar sedikit lebih cepat dari biasanya kemudian normal kembali.
Sebelum sampai ke persoalan kenapa hal itu bisa terjadi, beberapa peneliti lain yang membuktikan kembali Allais Effect itu punya hasil yang tak seragam.
Dengan posisi lintang di Bandung yang agak jauh dari garis ekuator atau khatulistiwa, bandul yang berayun itu akan ikut berputar seirama dengan rotasi bumi. Putarannya, kata Direktur Observatorium Bosscha, Mahasena Putra, sekitar 1,5 derajat per jam. “Arah putarannya melawan jarum jam karena kita di bagian selatan bumi,” ujarnya.
Apakah saat gerhana matahari total dan parsial nanti ada percepatan putaran bandul atau tidak? Hasilnya baru akan diketahui pada 9 Maret 2016 nanti.
ANWAR SISWADI