TEMPO.CO, Jakarta - Polisi menangkap enam pencuri kabel yang bungkusnya dibuang di gorong-gorong Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat.
Tumpukan kulit kabel sebanyak 24 truk itu menjadi salah satu penyebab banjir di kawasan Monumen Nasional. Gubernur Jakarta Basuki Purnama atau Ahok sempat menuduh ada pihak yang melakukan sabotase agar terjadi banjir di kawasan Istana Merdeka. "Kelompok-kelompok di gorong-gorong ini kadang-kadang bekerja sebagai pemulung," kata Kepala Polda Metro Jaya Inspektur Jenderal Tito Karnavian di Polda Metro, Jakarta, Jumat, 11 Maret 2016.
Tito mengatakan pendapatan komplotan ini sebagai pemulung lebih kecil ketimbang mencuri kabel. "Karena kabel itu di dalamnya ada tembaga dan timah," tuturnya.
Menurut Tito, harga tembaga di atas Rp 40 ribu per kilogram dan timah Rp 12 ribu per kilogram. Ia menjelaskan, kelompok pencuri ini masuk ke bawah tanah, menggali tanah, dan mengupas pembungkus kabel. "Mereka mengambil bagian dalam kabel, tembaga, dan timah yang dipotong sekitar satu meter," ujar Tito.
Data pelaku, menurut polisi, ialah STR alias BY (45 tahun), sehari-hari bekerja sebagai karyawan swasta; MRN alias N (34); SWY alias SM (45); RHM alias GUN (43); dan AT alias TGL (48). Kelimanya berperan memotong dan mengupas kulit kabel di gorong-gorong.
Satu orang lagi adalah AP alias UC (28) yang membantu di atas gorong-gorong menaikkan barang. Ia juga menjual hasil curian.
Komplotan ini diancam hukuman 7 tahun penjara dengan sangkaan Pasal 363 juncto 362 juncto 55 dan 56 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana. Mereka dikenakan pasal pencurian dengan pemberatan mencuri di bawah tanah.
Barang bukti yang dibawa polisi, di antaranya kawat kulit kabel, satu batang kawat utuh, linggis, pembungkus makanan dan minuman, gulungan tembaga, satu celana pendek, potongan tembaga, dan 14 senter kepala beserta baterai.
Ada juga tiga pasang sarung tangan kain, satu pahat beton, lempengan kulit kabel, tali tambang dan tali rafia, gulungan kabel, kulit kaleng kabel, kulit luar kabel, pisau, serta alat keruk.
Tito menjelaskan, kulit kabel yang ditemukan di gorong-gorong adalah jaringan kabel yang tertanam di bawah tanah. Ada jaringan kabel milik PT PLN dan PT Telkom yang lama.
"Perusahaan menganggap tidak mempunyai nilai jual lagi," ujar Tito. Mereka juga tidak mengangkat kabel itu karena membutuhkan biaya tinggi.
Menurut Tito, hal ini mengakibatkan barang-barang berharga yang bernilai jual tersebut diambil oleh komplotan pemulung.
REZKI ALVIONITASARI