TEMPO.CO, Bandung - Tim dokter hewan gabungan telah rampung mengautopsi atau nekropsi gajah Yani, koleksi Kebun Binatang Bandung yang mati pada Rabu, 11 Mei 2016. Nekropsi dilakukan di belakang kandang, tempat Yani dibiarkan sekarat selama sepekan.
“Untuk sementara hasil nekropsi, Yani diduga mati karena radang paru-paru,” kata Kepala Balai Pengujian Penyidikan Penyakit Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat Srimuji Artiningsih, Kamis, 12 Mei 2016.
Radang paru-paru yang dialami Yani kemungkinan disebabkan pakan yang buruk. "Harus ada perbaikan makanan," kata Srimuji. Pengelola Kebun Binatang Bandung diharapkan memberikan pakan yang lebih baik kualitasnya. Manajemen pakan pun harus diperbaiki, seperti kualitas pakan, jumlah, frekuensi pemberian pakan, dan kecukupan pakan.
Dokter hewan Taman Safari Indonesia sekaligus wakil dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI, Yohana Tri Hastuti, menjelaskan, radang paru-paru merupakan salah satu penyakit mematikan untuk gajah dan hewan besar lain. Apalagi Yani terlambat ditangani secara medis.
Tim dokter tidak mengetahui gejala gajah yang ambruk pada 3 Mei 2016. “Kalau sudah ambruk biasanya tidak bisa bertahan."
Yani berumur 34 tahun. Usia itu masih produktif untuk seekor gajah. Yani baru punya satu anak, Yamon, yang berusia baru 17 tahun. "Umur gajah bisa sampai 80 tahun."
PUTRA PRIMA PERDANA