TEMPO.CO, Jakarta - Grace Melia Kristanto tak berputus asa ketika mendapati putri pertamanya tak berperilaku seperti bayi normal lainnya. Lahir pada 19 Mei 2012, putri kecil yang diberi nama Aubrey Naiym Kayacinta ini tak merespons sama sekali pada apa yang dilakukan Grace untuk menarik perhatiannya: tepuk tangan, teriakan, bahkan letusan balon sekalipun.
Dari berbagai tes yang dilakukan, seperti ekokardiografi, tes pendengaran, dan USG otak, putri dari wanita kelahiran Salatiga, 29 Desember 1989, tersebut kedapatan mengidap Congenital Rubella Syndrome. Virus yang biasa disebut campak Jerman itu membuat Ubi, panggilan akrab Aubrey, mengalami sejumlah gangguan, dari kebocoran jantung, gangguan pendengaran akut, pengapuran otak, hingga terlambatnya perkembangan kognisi serta motoriknya.
“Sebelum hasil tes keluar, saya sudah yakin anak saya kena Rubella,” katanya saat ditemui Tempo di Yogyakarta beberapa waktu lalu.
Masalahnya, kepedihan Grace bukan soal kondisi anaknya semata, melainkan minimnya informasi soal penyebab dan dampak virus rubella. “Perhatian pemerintah hanya pada penyakit yang itu-itu saja, sementara Rubella tak ada sosialisasinya,” ujarnya.
Terilhami dari kondisi putrinya itulah, alumnus Fakultas Sastra Universitas Sanata Dharma Yogyakarta ini memutuskan menuliskan unek-uneknya di milis yang dikelola portal Mommies Daily. Tak disangka, responsnya luar biasa.
Kisahnya yang kemudian dituangkan dalam buku Letters to Aubrey meluas hingga Grace terdorong mengumpulkan para ibu yang anaknya mengalami kondisi serupa dalam sebuah grup di jejaring sosial Facebook yang dinamai Rumah Ramah Rubella. Dibuka sejak 2 Oktober 2013, grup yang bertujuan untuk berbagi informasi tentang virus Rubella ini sudah menghimpun 6.000 anggota.
AYU PRIMA | MAJALAH TEMPO Edisi 18 April 2016