TEMPO.CO, Jakarta - Saat sedang panas, apalagi sehabis berolahraga, Dian langsung mencari minuman yang segar-segar. Biasanya kalau tak minuman manis-dingin, seperti teh kemasan, pilihannya adalah soda. "Kalau lagi panas-panas, enak banget minum soda," katanya, Ahad 20 November 2016.
Soda memang menyegarkan. Namun hati-hati, minuman bersoda bisa mengancam kesehatan jika dikonsumsi berlebihan. Penelitian yang dipublikasikan dalam European Journal of Endocrinology menyebutkan mengkonsumsi dua kaleng minuman bersoda setiap hari bisa meningkatkan risiko menderita diabetes.
Para peneliti dari Karolinska Institutet, Swedia, ini melakukan studi terhadap 2.800 orang dewasa. Mereka menemukan bahwa mengkonsumsi setidaknya dua porsi minuman ringan meningkatkan risiko 2,4 kali lebih besar menderita diabetes tipe 2.
Ini untuk minuman berukuran 200 mililiter. Sedangkan di pasar, banyak minuman soda yang dijual dalam kaleng berukuran 330 mililiter. Itu artinya, meminum satu setengah kaleng per hari saja sudah meningkatkan risiko.
Menurut Josefin Löfvenborg, peneliti utama dalam studi tersebut, minuman ringan mempengaruhi metabolisme glukosa dan sensitivitas insulin, yang mengarah ke peningkatan risiko diabetes tipe 2.
"Kami terkejut oleh peningkatan risiko dalam mengembangkan diabetes," katanya seperti dikutip dari The Guardian, akhir Oktober lalu.
Dokter spesialis penyakit dalam Olivia Cicilia Walewangko mengatakan hasil penelitian tersebut bisa jadi berbeda jika dilakukan di Asia, khususnya Indonesia. "Berdasarkan penelitian, ras Asia dan Asia Selatan lebih gampang menderita diabetes dibanding Kaukasia," katanya.
Ada dua hal yang menyebabkan diabetes tipe 2, yakni kekurangan produksi insulin dan resistensi insulin. Secara normal, tubuh akan mengubah makanan yang dikonsumsi menjadi glukosa, yang kemudian diproses menjadi energi. Perubahan ini membutuhkan insulin yang diproduksi sel beta pankreas.
Jika hormon insulin tidak ada, glukosa tak dapat masuk ke sel dan tetap berada di dalam pembuluh darah. Dengan begitu, kadar glukosa di dalam darah meningkat. Atau insulin sebenarnya mencukupi tapi tak peka terhadap keberadaan glukosa. "Insulin sebenarnya mencukupi tapi tak sensitif," tutur Olivia.
Orang Kaukasia, kata dia, lebih resisten ketimbang orang Asia. Semisal, jika produksi insulin normalnya 20 dan turun menjadi 10, pada orang Kaukasia, itu belum menyebabkan diabetes. Tapi buat orang Asia, turun kadarnya sedikit saja bisa menyebabkan penyakit tersebut menyerang.
Maka, bisa jadi, dalam penelitian minuman bersoda ukurannya adalah dua kali 200 mililiter per hari, buat orang Asia, lebih kecil. "Bisa jadi dua kali 150 mililiter sudah kena," katanya.
NUR ALFIYAH