TEMPO.CO, Jakarta - Suku bunga kredit konsumsi masih tercatat sebagai yang tertinggi dibanding kredit investasi dan modal kerja.
Direktur Riset Kenta Institute Eric Sugandi mengatakan risiko kredit yang masih tinggi membuat suku bunga kredit konsumsi lebih tinggi ketimbang yang lain.
"Suku bunga kredit konsumsi lebih tinggi daripada suku bunga kredit investasi dan modal kerja karena bank-bank memandang risiko default dari kredit konsumsi ini lebih besar," kata Eric kepada Bisnis.com di Jakarta, Kamis, 1 Desember 2016.
Terkait dengan apakah suku bunga kredit konsumsi bisa dijadikan penopang laba bank, menurut Eric, hal tersebut bergantung pada share kredit konsumsi terhadap total kredit yang disalurkan suatu bank.
Apabila porsinya cukup besar, bisa menjadi pendorong laba. Bila porsinya kecil, walaupun suku bunganya tinggi, tetap tidak bisa menjadi penopang. "Idealnya dilihat per bank, bukan agregat," katanya.
Baca Juga:
Berdasarkan Statistik Perbankan Indonesia yang dirilis Otoritas Jasa Keuangan (OJK) per September 2016, suku bunga kredit konsumsi tercatat sebesar 13,72 persen. Sedangkan kredit investasi dan modal kerja masing-masing sebesar 11,36 persen dan 11,62 persen.
Suku bunga kredit konsumsi menunjukkan tren penurunan sejak awal tahun. Dibanding Januari 2016 yang ada di posisi 13,94 persen, suku bunga sudah turun sebanyak 22 basis point.
Meski demikian, bila dibandingkan dengan kredit investasi dan modal kerja, jumlah tersebut masih jauh. Sejak Januari suku bunga kredit investasi dan modal kerja sudah terpangkas masing-masing sebanyak 33 dan 86 basis point.