TEMPO.CO, Jakarta - PT Surya Semesta Internusa Tbk memperkirakan kawasan industri di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek) masih sepi investasi baru hingga 2017.
Presiden Direktur PT Surya Semesta Internusa Tbk Johannes Suriadjaja mengatakan faktor ketidakpastian perkembangan ekonomi global membuat investasi baru di area Jabodetabek seret.
Dia memaparkan, area lahan industri terjual (marketing sales) di Kota Industri Suryacipta sepanjang 2016 hanya seluas 10 hektare kepada tiga perusahaan.
Luas lahan terjual tersebut jauh di bawah marketing sales ideal seluas minimal 40 hektare per tahun, dan hanya sekitar 10 persen dari titik penjualan puncak pada 2013 yang mencapai 100 hektare.
Johannes berharap realisasi investasi baru tumbuh semakin cepat pada 2017 dan membuat kinerja pra-penjualan di Suryacipta membaik.
Namun, dia memperkirakan, pertumbuhan pra-penjualan tahun depan belum bisa mencapai titik ideal karena belum ada perubahan pada kondisi ekonomi global. Ekonomi Cina diperkirakan masih melambat, sedangkan ekonomi di Amerika Serikat dirundung ketidakpastian setelah Donald Trump terpilih sebagai presiden.
“Mudah-mudahan tahun depan kita bisa tambah 20 hektare, tumbuh tapi low-based. Idealnya itu naik 40-60 hektare per tahun, tapi masih belum tercapai. Belum bisa ideal,” kata Johannes di sela acara peresmian Suryacipta Centre of Information, Rabu, 7 Desember 2016.
Johannes menjelaskan, sinyal positif terhadap perkembangan pemanfaatan kawasan industri tahun depan muncul dari minat investor yang masih stabil.
Pengelola Suryacipta, misalnya, kedatangan calon investor dari perusahaan manufaktur yang bergerak di sektor industri otomotif, farmasi, dan bahan bangunan.
Surya Internusa juga memperlebar usaha melalui pengembangan kawasan industri di area Subang untuk mengantisipasi perkembangan setelah pelabuhan di Patimban terealisasi.
“Kami melihat lahan itu cukup strategis. Kami juga melihat upah minimum di sini juga cukup tinggi. Makanya banyak yang pindah ke Jawa Tengah. Namun kami tetap konsentrasi pada industri yang tidak terlalu padat karya,” kata Johannes.