TEMPO.CO, Jakarta - Bidang Statistik Distribusi dan Jasa Badan Pusat Statistik Sasmito Hadi Wibowo mengatakan kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM) akan menekan surplus neraca perdagangan. "Sektor non minyak dan gas perlu didorong untuk menjaga neraca," kata dia di kantornya, Kamis, 15 Desember 2016.
Harga BBM diprediksi meningkat setelah organisasi negara eksportir minyak (OPEC) sepakat menurunkan produksi hingga 1,2 juta barel per hari (bph) tahun depan. Kenaikan harga minyak dunia diperkirakan sekitar US$ 55-60 per barel tahun depan.
Sasmito mengatakan ekspor Indonesia masih didominasi oleh komoditas seperti CPO, batu bara, karet dan coklat. Indonesia perlu beralih kepada barang lain, terutama barang dengan nilai tambah yang tinggi dan unik. Selain barang, jasa pun diharapkan bisa lebih dikembangkan.
Ia mengatakan produk manufaktur pun perlu ditingkatkan. "Sektor tersebut mengalami recovery paling cepat saat ini sehingga akan membantu neraca perdagangan Indonesia lebih baik," kata dia.
BPS mencatat neraca perdagangan kembali surplus pada November 2016 dengan nilai sebesar US$ 837,8 juta. Jumlahnya turun dibandingkan bulan sebelumnya yang mencapai US$ 1,21 miliar.
Sejak Januari hingga November, neraca perdagangan surplus sebesar US$ 7,79 miliar. Jumlahnya hampir sama dengan surplus di periode yang sama 2015 dengan kinerja neraca perdagangan migas defisit US$ 5,22 miliar dan non migas surplus US$ 13,01 miliar. Tahun ini, neraca perdagangan migas defisit US$ 656,7 juta dan non migas surplus US$ 1,49 miliar.
Meski surplus, kinerja ekspor dan impor masih tumbuh negatif. Sejak Januari-November, ekspor tercatat sebesar US$ 130,65 miliar atau turun 5,63 persen dibanding capaian kumulatif tahun lalu. Ekspor non migas pun turun 1,96 persen. Sementara nilai impor secara kumulatif turun 5,94 persen dibandingkan kumulatif tahun lalu dengan nilai US$ 122,86 miliar.
Sasmito mengatakan nilai ekspor November 2016 tercatat mencapai US$ 13,5 miliar atau naik 5,91 persen dibanding bulan sebelumnya. Dibandingkan November 2015, ekspor November 2016 juga naik 28,75 persen.
Sementara nilai impor November 2016 mencapai US$ 12,66 miliar atau naik 10 persen dibandingkan Oktober 2016. Jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, jumlahnya naik 9,88 persen.
VINDRY FLORENTIN