TEMPO.CO, Jakarta - Orang tua kerap khawatir anaknya menjadi korban bully atau perisakan. Padahal sesungguhnya, tidak semua anak rentan menjadi korban perisakan. Lebih banyak anak yang dapat bergaul dengan baik di sekolah maupun lingkaran teman bermain di rumah.
Konselor dan terapis di Biro Konsultasi Psikologi Westaria sekaligus penggagas Sekolah Keluarga Empat Pilar atau SEKAR, Anggia Chrisanti mengatakan ada karakter khas anak yang rentan menjadi korban perundungan. Antara lain anak-anak yang cenderung memiliki sifat atau karakteristik pemalu, penakut, memiliki ukuran fisik yang lebih kecil atau terlalu besar dibanding teman seusianya, berusia lebih muda, atau tidak memiliki banyak teman.
Namun demikian, Anggia melanjutkan, ada pula tipikal orang tua yang cenderung menjadikan anaknya korban perundungan. "Karakteristik orang tua termasuk pola asuhnya menjadi faktor utama anak rentan menjadi korban bully," katanya. Seperti apa tipe orang tua yang justru memicu anaknya jadi korban bully?
1. Orang tua sibuk
Orang tua yang sibuk, baik dengan pekerjaan maupun kehidupan rumah tangga. Misalnya, banyak aktivitas di luar rumah maupun di rumah, atau repot mengurus banyak anak, sehingga kurang peka saat anak pertama kali menjadi korban bully. Jika orang tua memperhatikan kondisi anak dan menanganinya dengan benar, maka perundungan tidak akan berkepanjangan.
2. Ilmu cuek dan ikhlas yang salah
Orang tua yang cenderung menenangkan tanpa solusi, tidak bertanya kenapa, siapa, karena apa, dan tidak memberitahukan cara menghadapinya, melainkan membiasakan mengatakan "sudah cuek saja", "diamkan saja", "masuk kuping kiri keluar kuping kanan", atau "abaikan saja, nanti juga berhenti sendiri". Ini salah karena tidak mencari apa masalahnya dan tidak membantu mencarikan solusi untuk anak.
3. Orang tua yang terlalu ikut campur
Bullying itu "wajar". Dalam arti saling meledek, apalagi anak-anak dan biasanya tidak akan berkelanjutan menjadi bullying yang fatal jika orang tua tidak tergesa-gesa ikut campur. Jika sejak awal anak diberitahukan cara menghadapi bullying yang masih ringan, misalnya cara menyikapi dengan ikut seru-seruan dalam ledek-ledekan itu sendiri dan tidak dibawa perasaan, maka tidak akan sampai fatal.
Yang salah adalah saat anak di-bully, padahal masih sebatas candaan, orang tua lalu ikut campur. Jika ternyata diketahui bahwa perundungan yang dilakukan bukan candaan, maka kembali ke poin 2, tanya siapa yang melakukannya, kenapa, dan ajarkan anak untuk membela dirinya.
Berita lainnya:
Manfaat Anak Belajar Menulis Huruf Sambung
5 Persiapan Mengajak Anak Bermain di Tempat Ramai
Usia 2 Tahun, Waktu Tepat Kenalkan Anak Banyak Makanan