Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Logo ABC

Tulang Rawan Buaya Bisa Obati Nyeri Persendian

Reporter

Editor

ABC

image-gnews
Iklan

Pakar mikrobiologi Dr Padraig Strappe mengatakan tulang rawan buaya bisa menjadi kunci dalam mengobati nyeri dan radang sendi pada manusia.

Dr Strappe bersama tim peneliti dari Central Queensland University Australia telah melakukan berbagai percobaan mengekstraksi faktor pertumbuhan dari tulang rawan buaya dan menghilangkan protein yang memicu respons kekebalan pada manusia.

Baca Juga:

"Hasilnya berupa sup atau lem yang mungkin mendukung sel induk dewasa kita, yang diambil dari jaringan lemak atau sumsum tulang, untuk menjadi tulang rawan," jelas Dr Strappe.

"Kami berharap hal ini membantu perbaikan tulang rawan, yang banyak dialami penduduk lansia," tambahnya.

Setelah 'sup' tulang rawan buaya itu ditambahkan ke sel induk orang dewasa, lalu dicetak menggunakan printer 3D sehingga bisa disuntikkan atau ditanam ke persendian manusia yang telah rusak.

Baca Juga:

"Jika mengalami cedera traumatis pada persendian, terutama lutut, ada retakan atau celah. Hal itu tidak memiliki sistem perbaikan endogen karena tulang rawan memang tak memiliki suplai darah," kata Dr Strappe.

Dia menggambarkan kondisi ini sebagai lubang yang harus diisi.

"Dengan cetakan 3D kita bisa meniru lubang atau celah itu. Para bedah ortopedi bisa mengisinya dengan eksplan tulang rawan untuk memperbaiki persendian tersebut," katanya.

Dr Strappe mengatakan hal ini berpotensi menggantikan pengobatan Arthroscopy banyak dijalani pasien cedera tulang rawan.

"Kami ingin mencapai perbaikan jangka panjang pada tulang rawan sehingga orang dapat kembali bekerja dan berolahraga," tuturnya.

Penelitian Dr Strappe didorong oleh hasil riset lembaga penelitian Australia CSIRO sebelumnya yang menyusun peringkat proteoglikan di tulang rawan dari sejumlah spesies berbeda.

Disebutkan, buaya menempati urutan teratas dalam daftar tersebut.

"Seekor buaya memiliki sendi artikulasi yang sangat besar, sehingga membutuhkan banyak tulang rawan untuk menopang pergerakan tubuhnya," kata Dr Strappe.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Tulang rawan di sekitar tulang rusuk buaya sangat kaya kandungan proteoglikan.

Video Player failed to load. Crocodile in water.
Crocodile cartilage has high levels of proteoglycan, a...

Play

Press play then disable your screen reader. Use space bar to pause or play, and up and down arrows to control volume. Use left arrow to rewind and right arrow to fast forward.

Crocodile cartilage has high levels of proteoglycan, a protein with growth-promoting qualities. ( ABC News )

Peternakan buaya

Dr Strappe melakukan penelitiannya di kampus yang tak jauh dari sebuah peternakan buaya, Koorana Crocodile Farm.

Peternakan ini menghasilkan kulit yang akan diekspor ke Italia, serta daging buaya yang akan dijual di dalam negeri.

Sementara tulang rawannya menjadi sampah dan justru hal ini menjadi kesempatan bagus bagi penelitian Dr Strappe.

"Saya mengumpulkan setiap tulang rawan buaya yang masih segar untuk dibekukan," jelas Dr Strappe.

Pengelola Koorana Crocodile Farm Adam Lever mengatakan pihaknya justru terbantu dengan tim peneliti.

"Satu-satunya hal yang kami buang hanyalah tisu bekas lap tangan kami," katanya.

Seluruh bagian tubuh buaya, katanya, dimanfaatkan untuk berbagai keperluan.

Tulang-belulangnya dijual ke perusahaan makanan anjing, begitupula jeroannya.

Dr Strappe mengatakan timnya kini menunggu pihak perusahaan obat yang berminat mengembangkan dan memasarkan temuan mereka.

Diterbitkan oleh Farid M. Ibrahim dari artikel ABC Australia.

Iklan

Berita Selanjutnya

1 Januari 1970


Artikel Terkait

    Berita terkait tidak ada



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Berita terkait tidak ada