Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Logo ABC

John Ho, Penyintas Perang Vietnam yang Kini Berkebun Mangga di Darwin

Reporter

Editor

ABC

image-gnews
Iklan

Meninggalkan Vietnam sebagai pengungsi, dan bekerja sebagai staf IT di ABC, John Ho juga memiliki kebun mangga berisi 1000 pohon, tempatnya berlibur setiap tahun.

Pekerja IT Sekaligus Petani Mangga

  • Staf IT ABC John Ho ambil cuti tahunan untuk memanen mangga di kebunnya
  • Pengungsi asal Vietnam ini mulai berkebun di tahun 1997 dan sekarang memiliki Happy Ho Mangoes
  • Dia mengatakan ingin kebunnya teman yang damai bahkan untuk burung sekalipun

Di tengah sengatan matahari tropis di kawasan Darwin River, negara bagian Northern Territory (Australia) ini, John Ho yang mengenakan topi lebar membawa tongkat panjang untuk memetik mangga.

Baca Juga:

Wajahnya terus tersenyum lebar.

"Kalau anda suka melakukan sesuatu, kiita tidak pernah perduli bagaimana keadaan cuaca," kata Ho.

"Saya bisa berdiri di sini hanya dengan sebotol air, dan memanen mangga dari pagi hingga sore," katanya lagi.

Kesukaan Ho memanen mangga dimulai ketika seorang temannya memintanya datang untuk membantu memanen mangga di kebunnya.

"Kemudian saya berpikir, mengapa saya tidak memiliki kebun mangga sendiri, sehingga saya bisa memanen mangga sesuka saya," katanya.

a man in a hat with a mango-picking pole.
John Ho sudah berkebun mangga di Darwin River sejak tahun 1997.

ABC Rural: Daniel Fitzgerald

Di tahun 1997, Ho membeli lahan di Darwin River yang kemudian ditanami dengan 1000 pohon mangga.

Awalnya John Ho sama sekali tidak mengetahui apapun soal mangga, namun kemudian dia bertekad untuk menjadi petani mangga yang benar dengan banyak belajar.

Dua hari seminggu

John Ho bukanlah petani mangga penuh waktu.

Pekerjaan utamanya adalah di bidang IT di ABC Darwin, dan dia menggunakan waktu luangnya untuk menambah jumlah pohon mangga di kebunnya selama 20 tahun terakhir.

"Saya punya waktu 2 hari bebas setiap minggu, jadi daripada santai di rumah, saya menggunakan waktu itu untuk menanam mangga," kata John Ho.

a man in a hat putting mangoes into a box.
John Ho menghabiskan cuti tahunan untuk memanen mangga miliknya.

ABC Rural: Daniel Fitzgerald

Dan untuk melakukan panenan besar, John Ho mengambil seluruh cuti tahunannya untuk melakukan hal tersebut.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

"Daripada pergi berlibur, saya menghabiskan hampir semua cuti tahunan saya untuk memanen mangga. jadi memanen mangga adalah liburan bagi saya," katanya.

"Tahun ini saya cuti selama lima minggu hanya untuk musim mangga saja. Saya sangat senang dengan ini."

Walau dia suka menanam dan memanen mangga, Ho mengatakan dia bertanam mangga juga untuk membantu orang lain.

"Saya senang membuat semua orang senangv, jadi pemetik buah punya kerjaan, pekerja pengepakan bisa melakukan sesuatu, agen juga punya bisnis dan pelanggan juga senang bila kualitas mangganya bagus."

Setiap musim mangga, John Ho akan membawa belasan kotak mangga ke kantor ABC Darwin, dan siapa saja boleh mengambil mangga sesuka mereka.

a man sitting on a rock near a bay.
John Ho setahun setelah tiba di Australia di tahun 1982.

supplied: John Ho

Dari Vietnam ke Darwin River

John Ho berasal dari Vietnam dan tiba di Australia sebagai pengungsi di tahun 1981, setelah sebelumnya menghabiskan waktu enam bulan di sebuah kamp pengungsi di Malaysia.

Dia sama sekali tidak bisa berbahasa Inggris ketika tiba namun belajar di Darwin Community College dan setelah selesai mendapat pekerjaan di ABC dimana dia sekarang sudah bekerja lebih dari 35 tahun.

Sekarang dengan kebunnya sendiri yang diberi nama Happy Ho Mangoes dan banyak mangga yang bisa dipanen setiap tahun, John Ho merasa bersyukur dengan kehidupannya selama ini.

"Ketika saya berada di kebun, saya merasa santai," katanya.

"Saya ingin membuat tempat ini damai bagi siapa saja, bahkan termasuk untuk burung-burung."

"Jadi tidak seorang pun dijinkan berburu di tanah saya, saya tidak ingin melihat adanya darah di sini."

"Saya ingin semua ini tenang dan damai."

"Saya ingin adalah tempat yang bagus dimana semua orang senang dan menikmati."

Lihat artikel selengkapnya dalam bahasa Inggris di sini

Iklan

Berita Selanjutnya

1 Januari 1970


Artikel Terkait

    Berita terkait tidak ada



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Berita terkait tidak ada