Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Logo ABC

Ratusan Warga Australia Rela Keluar Uang Demi Tonton Video Penyiksaan Seksual

Reporter

Editor

ABC

image-gnews
Iklan

Sebuah laporan terbaru menyebutkan lebih dari 250 warga Australia telah menonton video langsung dari Filipina yang menggambarkan penganiayaan seksual terhadap anak-anak.

Membayar Untuk Tontonan Seksual

  • 256 warga Australia memiliki kaitan dengan 2.700 transaksi keuangan di Filipina
  • Sebagian besar berusia 50-60 tahunan dan tidak punya catatan kriminal
  • Badan berwenang di Australia ingin kuasa lebih besar untuk menangkal kasus penganiayaan seksual anak-anak online

Diketahui jumlah total uang yang dikeluarkan dari ratusan orang ini mencapai AU$ 1.3 juta, atau kurang dari Rp 13 miliar.

Baca Juga:

Laporan ini dikeluarkan Institut Kriminologi Australia (AIC) yang mengumpulkan data mengenai perilaku kriminal online, yang belum pernah ada sebelumnya.

Dalam laporan tersebut, mayoritas warga Australia tersebut berusia antara 50-60 tahun, dengan disebut sebagai 'turis seks anak-anak lewat webcam.'

Lebih dari separuh diantara mereka tidak memiliki catatan kriminal dan memiliki berbagai latar belakang pekerjaan.

Baca Juga:

Ada yang bekerja sebagai perawat lansia, tukang kebun, bahkan seorang diantaranya adalah ibu rumah tangga.

AIC mengatakan berhasil mengumpulkan data dari 2.700 transaksi yang tercatat selama 13 tahun, antara tahun 2006 sampai 2018, yang diberikan oleh Pusat Pelaporan Data Keuangan Australia (AUSTRAC).

Data keuangan ini adalah milik warga Australia yang bertalian dengan mereka yang ditahan di Filipina berkenaan dengan eksploatasi seksual terhadap anak-anak.

Beberapa pembayaran untuk menonton anak-anak dianiaya secara seksual itu sekitar Rp 500 ribu.

AIC mengatakan 'live streaming' penganiayaan seksual terhadap anak-anak "sangat berbeda dengan bahan serupa yang tersedia di internet", karena 'ditayangkan langsung.'

a phone displaying an intimate video, it is on a bed, with a bedsheet partially covering the image
Diketahui banyak warga Australia yang menonton video penyiksaan seksual secara langsung di internet lebih dari sekali.

Unsplash: Charles Deluvio

Keluar negeri untuk lampiaskan hasrat

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Dari 256 warga Australia yang membayar untuk melihat tontonan anak-anak diperlakukan buruk secara seksual, lebih dari separuhnya menonton lebih dari satu kali.

Laporan AIC dikeluarkan hari Rabu (19/2/2020) bersamaan dengan pidato Kepala Polisi Australia, Reece Kershaw, serta pimpinan AUSTRAC, Nicole Rose, dan kepala AIC, Michael Phelan mengenai usaha memberantas eksploatasi seks terhadap anak-anak.

Pimpinan AUSTRAC mengatakan Filipina masih menjadi "pusat" tayangan langsung penganiayaan seksual terhadap anak-anaik.

"Ini disebabkan kemiskinan, tingkat penguasaan bahasa Inggris yang tinggi, tingginya kecepatan internet dan bagusnya fasilitas pembayaran lewat internet," kata Nicole.

"Harus menjadi perhatian ada kecenderungan peningkatan warga Australia membayar untuk menonton dan meminta tindakan penganiayaan tertentu."

"Meski para pelaku berusaha menyembunyikan diri dengan tetap berada di rumah, ada juga peningkatan dimana mereka pergi ke luar negeri untuk melampiaskan perilaku seksual," tambahnya.

Ketiga pejabat Australia mendesak adanya peraturan yang lebih ketat mengenai sistem enkripsi online dalam usaha mengejar para pedofil dan penganiaya anak-anak yang berusaha bersembunyi di belantara internet.

"Kita melihat lebih banyak video, anak-anak yang semakin belia, lebih banyak kekerasan, kita melihat adanya pemerkosaan dan penganiayaan anak-anak kita, semuanya untuk kepuasan seksual," kata Commisioner Kershaw.

"Mereka menggunakan internet sebagai senjata, mereka menggunakan enkripsi sebagai pedang, dan kerahasiaan sebagai tameng."

Lihat beritanya dalam bahasa Inggris di sini

Iklan

Berita Selanjutnya

1 Januari 1970


Artikel Terkait

    Berita terkait tidak ada



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Berita terkait tidak ada