Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Logo ABC

Mahasiswa Indonesia Penerima Beasiswa Australia Dituduh Lakukan Pelecehan Seksual

Reporter

Editor

ABC

image-gnews
Iklan

Baca artikel ini dalam Bahasa Inggris di sini.

Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta sedang menyelidiki dugaan pelecehan seksual yang dilakukan alumninya, yang saat ini sedang menempuh pendidikan di Melbourne dengan beasiswa dari Pemerintah Australia.

Keypoints Ibrahim Malik

  • Lembaga Bantuan Hukum di Yogyakarta menerima pengaduan dari setidaknya 30 perempuan terkait dengan mahasiswa University of Melbourne
  • Mahasiswa University of Melbourne tersebut menyangkal semua tuduhan pelecehan seksual
  • Kementerian Luar Negeri dan Perdagangan Australia mengatakan pihaknya mengetahui tuduhan pelanggaran seksual terhadap penerima beasiswa Australia Awards

Baca Juga:

Dalam pernyataannya terbukanya (02/05), UII telah membentuk tim pencari fakta untuk merespon dugaan tersebut, dan melibatkan LKBH Fakultas Hukum UII untuk memfasilitasi korban dan penyintas yang berkeinginan menempuh jalur hukum.

Tertulis pula di sana bahwa saat ini universitas tersebut telah berkomunikasi dengan Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Yogyakarta, yang dalam jumpa pers online pada Senin (04/05) lalu mengatakan setidaknya ada 30 perempuan yang sudah melaporkan dugaan pelecehan seksual yang melibatkan seorang mahasiswa.

Dalam rilis tersebut, UII merujuk mahasiswa tersebut dengan sebutan "IM", namun LBH Yogyakarta dalam jumpa persnya menyebutkan nama Ibrahim Malik dan identitasnya sebagai mahasiswa di University of Melbourne serta penerima beasiswa 'Australia Award Scholarship'.

Baca Juga:

Australia Award adalah program beasiswa yang diberikan oleh Pemerintah Australia, melalui Departemen Luar Negeri dan Perdagangan (DFAT), dan membuka kesempatan bagi mahasiswa dari negara berkembang untuk belajar di Australia.

Kepada ABC, juru bicara DFAT mengatakan pihaknya sudah mengetahui tentang dugaan pelecehan seksual terhadap penerima beasiswanya, dan mengatakan bahwa proses investigasi sedang dilakukan oleh universitas tempat mahasiswa tersebut menuntut ilmu.

Scenic view of Yogyakarta
Mahasiswa ini adalah alumnus Universitas Islam Indonesia di Yogyakarta.

ABC: Phil Hemingway

Mewakili LBH Yogyakarta, dalam jumpa pers tersebut, Meila Nurul Fajriah mengatakan bahwa lembaganya menerima laporan pelecehan seksual oleh Ibrahim yang terjadi di tahun 2016.

Dugaan tersebut, menurut pernyataan Meila, terjadi di Indonesia dan Australia.

Selain sebagai mahasiswa, Ibrahim dikenal sebagai "ustaz" dan "pembicara motivator" di kalangan anak muda.

Juga disampaikan dalam jumpa pers tersebut, bahwa Ibrahim diduga menghubungi para perempuan pelapor melalui pesan Instagram, WhatsApp, telepon langsung, dan panggilan video.

"Ada juga kejadian saat penyintas menerima panggilan video, langsung dihadapkan pada keadaan di mana Ibrahim Malik sedang menggoyang-goyangkan alat kelaminnya," ujar Meila membacakan isi salah satu laporan.

A man uses an iphone to log into instagram.
LBH Yogyakarta menyatakan Ibrahim Malik diduga menghubungi beberapa perempuan melalui telepon seluler.

Unsplash: Katka Pavlickova

Kepada ABC, Ibrahim membantah semua dugaan pelecehan seksual yang terhadap dirinya.

Menanggapi pernyataan Universitas Islam Indonesia yang akan membentuk tim pencari fakta, Ibrahim mengatakan siap dan akan kooperatif..

Tuduhan pelecehan di Melbourne

The empty intersection outside Flinders St station in Melbourne.
Para perempuan ini berstatus mahasiswi di Melbourne saat dugaan pelecehan seksual terjadi.

ABC News: Ron Ekkel

Kepada ABC, ada dua orang perempuan yang menceritakan dugaan pelecehan seksual oleh Ibrahim saat mereka di Melbourne.

Mereka mengatakan, saat dugaan pelecehan seksual itu terjadi, mereka masih berstatus mahasiswi dan juga menjadi bagian dari 30 perempuan yang melapor ke LBH Yogyakarta.

Salah satu dari mereka mengaku "kaget dan sangat tidak nyaman" atas apa yang dilakukan Ibrahim kepadanya.

Ia juga mengaku merasa terganggu ketika tangan Ibrahim beberapa kali menyentuh beberapa bagian tubuhnya.

Di Melbourne, Ibrahim dikenal aktif dalam sejumlah kegiatan keagamaan dan sering diundang untuk menjadi penceramah di sejumlah masjid, yang jemaahnya kebanyakan warga Indonesia di Victoria.

Dalam ajaran Islam, ustaz seperti Ibrahim diharapkan berperilaku sesuai dengan ajaran Islam, termasuk untuk tidak terlalu berdekatan secara fisik dengan lawan jenis.

Selain itu, ajaran Islam juga melarang pria dan perempuan berada di dalam satu ruangan bila berdua saja.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

"Rasanya saat itu surreal banget karena saya kenal dia dan reputasinya yang agamis, tapi kok begitu," ucapnya.

Perempuan lainnya juga mengatakan kepada ABC, bahwa dirinya mengenal Ibrahim dari kegaiatan keagamaan.

Di tahun 2018, perempuan tersebut mengaku "sangat terkejut" ketika Ibrahim diduga berusaha memegang tangannya.

Ia juga mengatakan, telah mencoba mengingatkan Ibrahim soal posisinya sebagai 'ustaz'. Tetapi kemudian menuturkan bahwa Ibrahim mencoba memeluknya.

Kepada ABC ia mengatakan bahwa Ibrahim sempat meminta maaf, tetapi kemudian mengulanginya kembali dengan cara yang berbeda di beberapa kesempatan.

Ia mengaku butuh waktu untuk melaporkannya karena merasa khawatir tidak akan ada orang yang mempercayai ceritanya, mengingat reputasi Ibrahim yang agamis.

"Aku rasa saat itu aku juga belum self-educated soal [sexual harassment] itu,'" katanya.

Ibrahim Malik membantah semua tuduhan

Sabtu lalu (02/05), Ibrahim mengunggah "klarifikasi" tertulisnya di akun Instagram miliknya, menjawab tuduhan pelecehan seksual kepadanya dan mengatakan dirinya telah menjadi target "pembunuhan karakter".

External Link: IG Ibrahim Malik

Dalam wawancara dengan ABC, Ibrahim membantah semua dugaan atas tindakannya di Indonesia dan Australia, dan mengatakan bahwa tuduhan pelecehan seksual ini telah merusak reputasinya.

Beberapa jadwalnya sebagai pengisi acara di aktivitas keagamaan selama Ramadan dibatalkan oleh penyelenggara.

"Benar [semua acara dibatalkan], itu karena ada selebaran yang isinya saya sudah melakukan [pelecehan seksual], bukan lagi diduga. Seolah-olah saya sudah terbukti melakukan," kata Ibrahim.

Ketika masih merupakan mahasiswa di Yogyakarta, beberapa perempuan yang melapor kepada LBH Yogyakarta mengatakan Ibrahim pernah mencoba "memeluk [mereka] dari belakang dan menyentuh" mereka di kostnya, saat ia menjual buku bimbingan belajar.

"Nah, itu perlu bukti dulu. Artinya saya tidak bisa mengatakan iya atau tidak, begitu, karena saya tidak tahu pokok perkaranya seperti apa," kata Ibrahim tentang dugaan atas perbuatannya di Indonesia.

"Stand saya tetap sama. Itu kan artinya mereka menduga … dalam bahasa lain belum memiliki bukti yang jelas dan saya tidak diberikan kesempatan klarifikasi apa-apa," kata Ibrahim.

Ibrahim juga membantah saat dikonfirmasi soal tuduhan pelecehan seksual yang dilakukannya di Melbourne.

A photo taken from above showing university square at the University of Melbourne.
University of Melbourne mengatakan ada dua alumni yang telah melaporkan dugaan pelecehan seksual yang melibatkan mahasiswa yang masih aktif.

Wikimedia Commons

"Kalau di Melbourne misalnya saya pernah, saya ingin tanya siapa orangnya? Kedua, kalau saya pernah dan bersalah, kenapa tidak segera dilaporkan ke pihak kampus atau pihak polisi?"

Salah satu perempuan yang berbicara kepada ABC di Melbourne mengatakan, ia sudah melaporkan pelecehan yang diterimanya lewat platform 'Safer Community Program' dan sedang dalam proses untuk mengajukan laporan resmi.

Sementara itu, pihak University of Melbourne mengonfirmasi bahwa pihaknya telah dihubungi oleh kedua alumni yang melaporkan dugaan pelecehan yang dilakukan oleh salah satu mahasiswa yang masih aktif.

"Pihak universitas juga sudah menghubungi mahasiswa laki-laki yang dimaksud dan menawarkan dukungan serta pendampingan."

Juru bicara DFAT mengatakan belum bisa memberikan tanggapan lebih lanjut hingga penyelidikan yang dilakukan universitas sudah selesai.

Baca artikel ini dalam Bahasa Inggris di sini.

Iklan

Berita Selanjutnya

1 Januari 1970


Artikel Terkait

    Berita terkait tidak ada



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Berita terkait tidak ada