Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Logo ABC

Penyakit Pernafasan Pada Ayam Mungkin Bisa Jadi Kunci Pengendalian COVID-19

Reporter

Editor

ABC

image-gnews
Iklan

Ada banyak hal yang bisa dipelajari dari industri unggas, salah satunya tentang masa depan dari pengendalian penularan virus corona, menurut seorang akademisi dari University of Melbourne, Profesor Amir Hadjinoormohammadi.

KP Penyakit Ayam

  • Virus corona pertama yang pernah terdeteksi, yaitu virus bronkitis menular, ditemukan pada ayam di tahun 1930-an
  • Virus bronkitis menular terdapat di kebanyakan negara di dunia dan dengan cepat menular pada ayam, hingga kawanan burung dapat terinfeksi dalam waktu 24 jam
  • Profesor Hadjinoormohammadi mengatakan sifat dasar virus yang kian bermutasi ini seringkali membutuhkan vaksin baru untuk melindungi burung

Profesor Amir, yang bekerja di bidang pengobatan unggas di Pusat Asia Pasifik bidang Kesehatan Hewan, mengatakan virus penyakit pernafasan menular, atau 'infectious bronchitis virus' (IBV), yang ditemukan pada ayam, memiliki banyak kemiripan dengan COVID-19.

Baca Juga:

"Pembelajaran yang diperoleh dari menangani penyakit hewan dapat diterapkan pada bagaimana mengendalikan dan mendiagnosis penyakit pada manusia," katanya.

Gejala utama penyakit bronkitis pada ayam

Walaupun istilah virus corona belum diciptakan pada saat itu, Profesor Hadjinoormohammadi mengatakan penyakit saluran pernafasan menular pertama kali dideteksi pada ayam.

"Penyakit ini pertama kali dilaporkan pada tahun 1931 di Amerika, tapi ada kecurigaan bahwa penyakit itu sebenarnya muncul satu dekade lebih awal dari itu," katanya.

Baca Juga:

"Gejala utama dari penularan virus ini adalah penyakit pernapasan," katanya.

Menurut Profesor Hadjinoormohammadi, gejala tersebut muncul dalam hidung berair, konjungtivitis atau mata berair, batuk, bersin, dan sering menimbulkan kematian pada ayam.

A closeup photo of a laying hen on Adam Walmsley's farm.
Profesor Hadjinoormohammadi mengatakan IBV dapat menyebar baik melalui partikel virus maupun kontak dengan materi feses.

ABC Illawarra: Justin Huntsdale

Profesor Hadjinoormohammadi mengatakan IBV tidak hanya menunjukkan gejala yang hampir identik dengan COVID-19, tetapi juga susunan fisik yang serupa.

IBV atau virus bronkitis menular terdapat pada kebanyakan negara dan dengan cepat menyebar di tengah ayam, hingga dapat menjangkiti burung dalam waktu 24 jam.

Namun, berbeda dengan yang kini diketahui tentang COVID-19, IBV dapat menyebar melalui partikel virus dan kontak dengan feses.

Banyak kesamaan di antara kedua virus

Terdapat beberapa strain IBV dalam populasi ayam dunia, dan menurut Profesor Hadjinoormohammadi, hal ini bisa jadi penting dalam masa depan pengendalian penularan COVID-19, pada manusia.

"Saya pikir jika kita ingin meramalkan kemungkinan tentang apa yang telah dipelajari industri unggas dari IBV, kita mungkin akan menghadapi situasi yang sama dengan SARS-COV-2," katanya.

"Kedua penyakit ini memiliki banyak kesamaan dalam hal kerentanan terhadap benda desinfeksi fisik [seperti 'sanitiser'] yang tersedia untuk kita."

A grey sphere with red and orange blotches.
SARS-CoV-2 memiliki struktur fisik dan bentuk yang sama dengan virus bronkitis menular.

AP: CDC

Profesor Hadji Noormohammadi mengatakan sejauh ini telah ada beberapa usaha untuk membasmi IBV.

"Virus ini penting dalam skala global, ditemukan di hampir semua negara yang memiliki ayam, sehingga sudah ada banyak upaya selama sembilan puluh tahun terakhir untuk menghasilkan vaksin yang efektif."

Vaksinasi massal pada ayam

Profesor Hadjinoormohammadi berkata bahwa industri unggas telah menemukan berbagai cara untuk memvaksinasi ayam.

"Sangat sulit untuk memvaksinasi ayam satu per satu, tapi ini masih dilakukan di beberapa sektor industri," ujarnya.

Akibat kesulitan tersebut, anak ayam sering divaksinasi secara massal di tempat penetasan, menurut Profesor Hadjinoormohammadi.

"Biasanya ada vaksinasi semprot atau vaksinasi air minum, sering sebelum unggas dipindahkan ke tempat produksi," ujarnya.

"Virus corona pada umumnya rentan sekali terhadap perubahan dalam susunan genetiknya, kadang-kadang juga menyebabkan virus menjadi berbeda dalam hal biologi dan cara vaksin dapat memberikan perlindungan."

Row of tiny yellow and black fluffy chicks
Anak ayam divaksinasi IBV secara massal di tempat penetasan sebelum dipindahkan ke tanah pertanian.

ABC Open contributor kazzahoopics

Profesor Hadjinoormohammadi mengatakan bahwa sifat mutasi IBV sering bermutasi berarti bahwa vaksin baru dibutuhkan untuk melindungi ayam.

Menurutnya, kemungkinan besar evolusi terus-terusan dari vaksin IBV juga akan tercermin dalam perjuangan melawan COVID-19 pada manusia.

Profesor Hadjinoormohammadi mengatakan virus baru telah muncul dari tahun ke tahun sejak penyakit itu dilaporkan masuk ke Australia pada tahun 1960-an.

"Di Australia ada setidaknya dua jenis vaksin yang digunakan. Salah satunya mungkin lebih populer," katanya.

Diterjemahkan oleh Mariah Papadopoulos dari artikel dalam bahasa Inggris yang bisa dibaca di sini.

Ikuti berita seputar pandemi Australia dan lainnya di ABC Indonesia.

Iklan

Berita Selanjutnya

1 Januari 1970


Artikel Terkait

    Berita terkait tidak ada



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Berita terkait tidak ada