Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Logo ABC

Jika Vaksinasi Efektif, Australia Bisa Buka Perbatasan Lebih Awal

Reporter

Editor

ABC

image-gnews
Iklan

Australia bisa membuka perbatasan internasionalnya lebih awal, apabila jika program vaksinasi COVID-19 terbukti efektif dalam mencegah penularan.

  • Sejauh ini belum diketahui seberapa efektif vaksinasi COVID-19 dalam mencegah penularan virus corona
  • Prioritas pemerintah Australia saat ini yaitu mencegah rakyatnya agar jangan sampai terinfeksi COVID-19
  • Sekjen Depkes Prof Brendan Murphy akan disuntik vaksin buatan AstraZeneca, sementara PM Scott Morrison dengan vaksin buatan Pfizer

Perbatasan Australia telah ditutup untuk kedatangan dan keberangkatan internasional sejak Maret tahun lalu, dengan sejumlah pengecualian. Hal ini dinilai sebagai salah satu faktor keberhasilan Australia menangani pandemi.

Baca Juga:

Sekretaris Jenderal Departemen Kesehatan Profesor Brendan Murphy bulan lalu menyatakan tipis kemungkinan perbatasan akan dibuka kembali pada tahun 2021.

Namun pekan ini, Prof Murphy menyebut langkah pemerintah terkait soal perbatasan akan ditentukan oleh seberapa efektif vaksinasi COVID-19 dalam mencegah terjadinya penularan.

"Bila vaksin ini efektif dalam mencegah penularan seperti yang kami perkirakan, semakin cepat kita vaksinasi populasi, kita akan mencapai kekebalan kawanan. Hal itu akan mempercepat pembukaan kembali perjalanan internasional," katanya.

Baca Juga:

Hari Kamis (4/02), Profesor Murphy mengumumkan Australia berencana seluruh warganya telah divaksinasi hingga bulan Oktober mendatang.

Ia juga menjelaskan vaksinasi di Australia dengan menggunakan vaksin buatan Pfizer akan dilakukan akhir Februari, sementara AstaZenica di bulan Maret, kemudian vaksin Novavax.

Pihak terkait mengatakan vaksinasi akan mencegah seseorang sakit atau sekarat akibat COVID-19, namun belum diketahui seberapa efektif dalam mencegah penyebaran virus ke orang lain.

Penelitian pada Universitas Oxford belum lama ini menemukan bahwa vaksin buatan AstraZeneca tidak hanya mampu mencegah penyakit parah, tetapi juga mengurangi penularan virus sekitar 67 persen.

Regulator medis Australia telah menyetujui penggunaan vaksin Pfizer, sementara vaksin AstraZeneca diharapkan akan diberi lampu hijau dalam beberapa minggu ke depan.

"Jika memang bisa menghentikan transmisi dari satu orang ke orang lain, hal itu bisa menjadi penentu. Cuma memang butuh waktu untuk membuktikan," katanya.

Profesor Murphy menegaskan prioritas Pemerintah Australia saat ini adalah mencegah agar rakyat tidak sakit akibat COVID-19, barulah mengevaluasi data vaksinasi.

Australia's Chief Medical Officer gesticulates with his hands and wears a grey suit and red tie.
Sekjen Depkes Australia Profesor Dr Brendan Murphy menyatakan hasil vaksinasi COVID-19 akan menentukan kapan perbatasan Australia bisa dibuka kembali.
Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

AAP: Lukas Coch

Ia menyebutkan bukti-bukti awal dalam vaksinasi di Inggris menunjukkan dampak signifikan dalam mencegah penularan virus.

Menurut Profesor Murphy, jika terbukti efektif, maka secara progresif pada paruh kedua tahun ini sudah bisa dilakukan relaksasi dalam aturan terkait perbatasan negara.

"Tapi kita masih harus menunggu," ujarnya.

Terkait vaksinasi ini, Prof Murphy sendiri mengaku akan mendapatkan suntikan vaksin AstraZeneca seperti kebanyakan rakyat Australia lainnya.

"Saya akan disuntik vaksin AstraZeneca. Saya akan ikut antrian dengan sangat antusias," ujarnya.

Sementara PM Morrison mengatakan dirinya mungkin akan disuntik vaksin Pfizer, yang digunakan dalam vaksinasi tahap awal bagi kelompok prioritas.

Ia menyebutkan akan disuntik di salah satu rumahsakit di Canberra.

"Semua bukti menunjukkan kita membutuhkan vaksin yang sama untuk dua kali dosis agar bisa memicu kekebalan terbaik," katanya.

Diproduksi oleh Farid M. Ibrahim.

Ikuti berita lainnya seputar pandemi COVID-19 hanya di ABC Indonesia.

Iklan

Berita Selanjutnya

1 Januari 1970


Artikel Terkait

    Berita terkait tidak ada



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Berita terkait tidak ada