Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Logo ABC

KRI Nanggala-402 Resmi Ditemukan, Pakar Australia Mengatakan Kemungkinan Kru Selamat Kecil

Reporter

Editor

ABC

image-gnews
Iklan
Beberapa benda yang berasal dari KRI Nanggala-402 telah ditemukan. (AP: Eric Ireng)

Tim pencari dari Tentara Nasional Indonesia (TNI) Angkatan Laut telah menemukan kapal selam KRI Nanggala 402 yang hilang di Laut Bali dan terbelah menjadi tiga.

Kepala Staf TNI Angkatan Laut Yudo Margono mengatakan lambung, bagian buritan, dan badan utama kapal telah terpisah, kemudian retak.

Baca Juga:

Menurutnya, ini bukan kesalahan para kru kapal.

Tim penyelamat menemukan beberapa benda baru, di antaranya pelampung, yang dipercaya berasal dari KRI Nanggala 402 yang berusia 44 tahun dan saat melakukan uji coba torpedo tersebut.

"Berdasarkan bukti-bukti otentik tersebut, dapat dinyatakan bahwa KRI Nanggala-402 telah tenggelam dan seluruh awaknya telah gugur," ujar Panglima TNI Hadi Tjahjanto pada wartawan.

Baca Juga:

Kapal KRI Nanggala-402 mengangkut 53 orang, termasuk di antaranya Komandan Satuan Kapal Selam Komando Armada II, Harry Setiawan.

Sabtu lalu (24/04), tim pencarian menemukan beberapa benda, seperti .

Penemuan inilah yang membuat AL berkesimpulan bahwa kapal selam ini telah retak.

Yudo Margono mengatakan pemindaian sonar telah , yang sebenarnya di luar jangkauan kapal selam.

Lebih dari belasan helikopter dan kapal membantu pencarian di daerah hilang kontak. Negara lain seperti Amerika Serikat, Australia, Singapura, Malaysia, dan India juga turut membantu.

Pihak TNI AL mengatakan bantuan dari pihak internasional sangatlah dibutuhkan dalam usaha pencarian kapal selam KRI Nanggala-402.

Siapa saja pihak yang membantu proses pencarian?

Hari Jumat lalu (23/04), sebanyak 24 kapal Indonesia dan pesawat patroli telah diturunkan untuk membantu pencarian, serupa dengan prosedur dua hari sebelumnya.

Pilot TNI AU mengatakan peralatan seberat enam ton telah diangkut ke markas untuk membantu pencarian, termasuk salah satunya balon bawah air untuk membantu mengangkat kapal selam.

Pesawat pengintai Amerika P-8 Posiedon juga turut dalam pencarian hari Sabtu lalu.

Sementara itu dari Australia terdapat yang dikirimkan, yakni fregat jarak jauh HMAS Ballarat dan kapal pengisi bahan bakar laut HMAS Sirius.

"Kedua kapal Australia ini akan membantu memperluas area dan menambah durasi usaha pencarian," kata Kepala Staf AL Australia, Mark Hammond.

Kapal penyelamat dari Singapura dan Malaysia juga membantu proses pencarian tersebut.

Marcus Hellyer, analis senior yang penelitiannya terfokus pada kemampuan pertahanan dan teknologi militer di Insititut Kebijakan Strategis Australia mengatakan bahwa kapal Australia yang dikirimkan tidak dapat membantu banyak.

"Sirius adalah kapal tanker minyak besar, jadi tidak ada yang bisa dilakukannya kecuali ya mengisi bahan bakar kapal," kata Dr Marcus.

"Dan Ballarat adalah kapal pengawal, yang punya kemampuan memancarkan sonar, namun bukan sonar hidografis yang dibutuhkan untuk mendeteksi benda di dasar laut."

Apakah penyebab hilangnya kapal?

Sebab hilangnya kapal masih belum diketahui.

Pihak TNI AL mengatakan masalah listrik bisa saja menjadi sebab kapal selam ini tidak dapat melakukan prosedur darurat untuk kembali mengapung di permukaan.

Yugo Margono juga mengatakan tumpahan minyak yang ditemukan berasal dari tangki minyak kapal selam yang retak, atau memang sengaja dibuka oleh kru untuk mengurangi bobot kapal sehingga dapat kembali mengapung di permukaan.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Namun, belum ada bukti yang dapat mendukung penemuan tumpahan minyak ini.

Seberapa besar kemungkinan selamat dari kejadian ini?

Sebanyak 53 kru kapal KRI Nanggala-402 telah dinyatakan gugur ketika menjalankan tugas mereka.

Menurut Dr Marcus, kecelakaan kapal selam seringkali adalah "bencana besar".

Di tahun 2000, kapal selam nuklir Rusia meledak di dalam dan tenggelam ketika melakukan manuver di Laut Barents.

Sebagian besar dari 118 kru di kapal tersebut meninggal di tempat, sementara 23 berhasil melarikan diri ke bagian belakang kapal sebelum akhirnya meninggal dunia karena tenggelam.

Pada November 2017, sebuah kapal selam Argentina yang mengangkut 44 orang kru di Samudra Atlantik dinyatakan hilang.

Badan kapal selam tersebut baru ditemukan hampir setahun kemudian di kedalaman laut 800 meter.

"Jarang sekali ada yang selamat ketika ada kebocoran, ledakan, atau kebakaran mesin di kapal selam," ujar Dr Marcus.

"Ketika sesuatu yang salah terjadi [pada kapal selam], biasanya berupa bencana besar."

Dr Marcus mengatakan hanya pernah ada satu penyelamatan kapal selam bawah laut yang berhasil dalam sejarah, yaitu USS Squalus di tahun 1939.

Kapal ini tengah menyelam di Samudra Atlantik dekat New Hampshire, namun tenggelam karena gangguan pada katupnya, sehingga kapal hanyut dalam laut hingga kedalaman 73 meter.

Kru kapal selam lain yang kebetulan berada di dekat lokasi tenggelamnya USS Squalus dapat menemukan lokasi kapal tersebut, dan berhasil menyelamatkan 33 orang.

"Mereka tahu persis di mana letak kapal selamnya, dan kebetulan adalah di dekat markas kapal selam mereka," kata Dr Marcus.

"Untungnya, mereka berhasil menyelamatkan kru yang bisa diselamatkan," tambahnya.

"Namun, itu adalah pengecualian."

Seruan untuk memperbaharui peralatan instrumen divisi pertahanan

Warga Banyuwangi, Jawa Timur, yang menjadi pangkalan utama bagi operasi pencarian dan penyelamatan, menyerukan modernisasi pertahanan Indonesia.

"Ini bisa menjadi titik pembelajaran bagi pemerintah untuk memperbaharui teknologi militer negara dan berhati-hati dalam menggunakan teknologi [yang sudah ada], karena nyawa manusia dipertaruhkan di sini," ujar Ferdy Sentoso, yang berusia 29 tahun.

Indonesia telah berupaya memperkuat pertahanan negara, namun beberapa peralatan sudah tua umurnya sehingga menimbulkan beberapa kecelakaan.

Sebelum peristiwa ini, Indonesia memiliki lima kapal selam, dua Tipe 209 yang dibangun Jerman dan tiga lainnya adalah kapal buatan Korea Selatan.

Diproduksi oleh Natasya Salim dari artikel ABC News di dan

Ikuti berita seputar pandemi Australia dan lainnya di

Iklan

Berita Selanjutnya

1 Januari 1970


Artikel Terkait

    Berita terkait tidak ada



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Berita terkait tidak ada