Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Logo ABC

'Dia Sudah Tulis Pidato Kematianku': Penuturan Korban KDRT di Australia

Reporter

Editor

ABC

image-gnews
Iklan
Angie Jordan, seorang warga Australia, mengalami KDRT dari suaminya sendiri selama 40 tahun. (Supplied: Angie Jordan)

Angie Jordan, seorang warga Australia, akhirnya selamat dari 40 tahun siksaan KDRT. Suaminya bahkan telah menuliskan pidato kematiannya.

Perempuan berusia 60 tahun itu telah mengalami penderitaan selama empat dekade akibat perilaku suaminya yang serba mengontrol, kasar dan manipulatif.

Baca Juga:

"Saya selalu dicecar pertanyaan, apakah saya keluar berhubungan seks dengan pria lain hanya karena saya terlambat tiga menit pulang dari supermarket," ujar Angie kepada ABC.

"Hal itu sangat menghina dan selalu merendahkan martabat saya," tuturnya.

Para pakar menggambarkan kontrol paksa seperti yang dilakukan suami Angie ini sebagai pola perilaku yang mencakup pelecehan fisik, seksual, psikologis, emosional atau finansial.

Baca Juga:

Angie yang tinggal di Sunshine Coast ketika mengalami KDRT, menyebut penampilan dan caranya berpakaian terus dipantau oleh suaminya. Ia bahkan ditimbang secara teratur.

"Ia keluarkan timbangan, dan jika beratku bertambah, dia selalu bilang, ingat ya, saya bisa menggantimu begitu saja, sembari menggelitikkan jari-jarinya di depan hidungku," ujar Angie mengenai perbuatan suaminya.

Ia mengaku telah beberapa kali berusaha mengakhiri hubungan dengan suaminya namun tidak pernah berhasil.

Barulah setelah suaminya meninggal pada tahun 2019 karena bunuh diri, Angie akhirnya terbebas dari pelecehan, dan menemukan betapa dia sendiri nyaris kehilangan nyawanya.

Saat memeriksa dokumen milik suaminya, Angie menemukan pidato kematian yang ditulis sang suami untuknya, bersama beberapa dokumen asuransi jiwa.

"Ketika kita membaca pidato kematian yang ditujukan untuk kita, sudah tak ada lagi kata-kata yang dapat menggambarkan perasaan ini," katanya.

"Orang yang menganiaya saya itu, rupanya berencana akan memberitahu semua orang betapa saya ini adalah cinta sejatinya, tidak bisa hidup tanpa saya. Ternyata dia telah menuliskan pidato kematianku dan mungkin berencana membunuhku," tutur Angie.

Demi menyelamatkan orang lain

Angie mengungkapkan pengalamannya itu sebagai bagian dari Bulan Pencegahan KDRT di Australia, bulan Mei ini.

Pesan ini penting, menurut dia, apalagi mengingat kasus pembunuhan Kelly Wilkinson, seorang istri di tangan suaminya sendiri di daerah Gold Coast baru-baru ini.

Tahun lalu juga ada kasus pembunuhan Hannah Clarke dan ketiga anaknya di tangan suaminya Rowan Baxter di Queensland.

Kini pihak berwenang di negara bagian New South Wales, Queensland, Australia Selatan, Northern Territory, dan Victoria semuanya mencari cara terbaik untuk mengkriminalisasi perilaku kontrol koersif.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

"Kita tidak bisa terus membiarkan perempuan dibunuh - perempuan yang telah berupaya sekuat tenaga untuk melarikan diri dari perilaku suaminya," kata Angie.

"Perilaku koersif ini perlu dikriminalisasi, dan satu hal yang kami butuhkan yaitu pelacak GPS pada pelaku," ujarnya.

"Begitu mereka mulai melanggar, aparat hukum harus menindakinya dengan tegas," katanya.

Sebuah badan amal, Beyond DV, turu membantu pemulihan Angie Jordan dari penderitaan selama puluhan tahun.

Pendiri Beyond DV Carolyn Robinson mengaku apa yang dialami Angie merupakan kisah paling mengerikan yang pernah dia temui.

"Saya tak akan pernah melupakan saat dia datang ke tempat kami untuk pertama kalinya," kata Carolyn.

"Kami mulai ngobrol... saya bisa merasakan kekuatan dalam dirinya dan bisa merasakan adanya kebebasan dalam dirinya untuk menjalani sisa hidupnya sesuai keinginannya sendiri," ujarnya.

Bantuan untuk bercerai

Carolyn menjelaskan banyak perempuan paruh baya yang mencari bantuan ke Beyond DV untuk bercerai dari pasangan yang melakukan KDRT.

"Dalam enam bulan terakhir, kami mendapatkan lebih banyak perempuan dari kelompok usia paruh baya, 40-an hingga 60-an, yang datang ke tempat kami," katanya.

Carolyn mengaku tidak tahu pasti apakah peningkatan ini karena adanya kesadaran dari kalangan perempuan yang menjalani hubungan jangka panjang bahwa apa yang dialaminya (KDRT) itu tidak benar."

"Untuk setiap perempuan yang mengalami KDRT, yang menemukan dirinya dalam hubungan yang kasar, yang mulai menyadari tanda bahaya, carilah bantuan," katanya.

Ia menyebutkan pentingnya bagi anggota keluarga, teman dan kolega untuk mengenali tanda-tanda korban KDRT dan perilaku kontrol paksa.

Bagi Angie Jordan, harapannya ingin menyelamatkan perempuan lain dari penderitaan seumur hidup atau bahkan lebih buruk dari itu.

"Jika dengan menceritakan kisah saya ini bisa menyelamatkan seorang perempuan satu hari, satu minggu, satu tahun dari KDRT, maka itu satu-satunya cara saya mengatasi apa yang saya alamai selama 40 tahun," tuturnya.

Diproduksi oleh Farid M. Ibrahim dari

Iklan

Berita Selanjutnya

1 Januari 1970


Artikel Terkait

    Berita terkait tidak ada



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Berita terkait tidak ada