Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Logo ABC

Paus Minta Maaf kepada Masyarakat Adat Kanada atas Peran Gereja Katolik dalam Pemaksaan Asimilasi

Reporter

Editor

ABC

image-gnews
Iklan
Paus menyampaikan permintaan maaf di lokasi bekas sekolah di Alberta, Kanada. (AP Photo: Gregorio Borgia)

Paus Fransiskus meminta maaf atas nama Gereja Katolik yang ikut andil dalam kebijakan "yang jadi bencana" dengan memaksa penduduk asli Kanada untuk berasimilasi ke dalam masyarakat Kristen.

Lebih dari 150.000 penduduk asli dipaksa menghadiri sekolah-sekolah Kristen yang didanai negara dari abad ke-19 hingga tahun 1970-an.

Baca Juga:

Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi Kanada mengatakan tindakan itu sama saja dengan "genosida budaya".

Para penyintas dan anggota komunitas masyarakat adat berkumpul di lokasi bekas sekolah di Edmonton, Alberta pada hari Senin (25/07) untuk mendengar permintaan maaf langsung dari paus.

"Saya sangat menyesal," kata Paus Fransiskus.

Baca Juga:

"Saya dengan rendah hati memohon pengampunan atas kejahatan yang dilakukan oleh begitu banyak orang Kristen terhadap masyarakat adat."

Pernyataan terakhir Paus melampaui permintaan maaf yang disampaikannya di Vatikan pada bulan April, yang saat itu disebutnya sebagai tindakan yang "menyedihkan".

Dia mengatakan dia bertanggung jawab atas kerja sama kelembagaan gereja dengan kebijakan asimilasi.

Pemerintah Kanada telah mengakui kekerasan fisik dan seksual merajalela di sekolah-sekolah, termasuk kasus siswa yang dipukuli karena berbicara dalam bahasa ibu mereka.

Paus Fransiskus mengatakan kebijakan itu meminggirkan generasi, menekan bahasa pribumi, memisahkan keluarga, menyebabkan pelecehan fisik, verbal, secara psikologis dan spiritual dan "hubungan yang tak terhapuskan antara orang tua dan anak-anak, kakek-nenek dan cucu."

Para pemimpin adat telah mengutip warisan pelecehan dan isolasi sebagai akar penyebab tingkat epidemi kecanduan alkohol dan narkoba di Kanada.

Penemuan ratusan situs pemakaman di bekas sekolah pada tahun 2021 mendorong Paus Fransiskus untuk mematuhi seruan komisi kebenaran agar dia meminta maaf di tanah Kanada.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Sementara Paus Fransiskus mengakui kesalahan institusional, ia juga menjelaskan bahwa misionaris Katolik hanya bekerja sama dan menerapkan kebijakan asimilasi pemerintah.

"Saya memohon pengampunan, khususnya, untuk cara-cara di mana banyak anggota Gereja dan komunitas agama bekerja sama, setidaknya untuk ketidakpedulian mereka dalam proyek penghancuran budaya dan asimilasi paksa yang dipromosikan oleh pemerintah saat itu, yang memuncak dalam sistem sekolah asrama,” katanya.

Dia menyerukan penyelidikan lebih lanjut, referensi yang mungkin untuk tuntutan Pribumi untuk akses lebih lanjut ke catatan gereja dan file personel para imam dan biarawati, untuk mengidentifikasi siapa yang bertanggung jawab.“Meskipun amal Kristen tidak absen, dan ada banyak contoh pengabdian dan perawatan yang luar biasa untuk anak-anak, dampak keseluruhan dari kebijakan yang terkait dengan sekolah adalah bencana besar,” kata Paus Fransiskus.

"Menurut iman kristiani kami, ini adalah kesalahan besar, tidak sesuai dengan Injil Yesus Kristus."

Acara yang berjalan khusyuk itu juga diisi dengan tarian para tetua adat dan orang banyak bersorak dan meneriakkan lagu-lagu perang, lagu-lagu kemenangan dan akhirnya lagu penyembuhan.

Randy Ermineskin, kepala adat Ermineskin Cree Nation mengatakan sementara beberapa orang memilih untuk tidak menghadirinya, itu adalah hari bersejarah bagi rakyatnya.

"Anggota keluarga saya yang sudah meninggal tidak lagi di sini bersama kami. Orangtua saya pergi ke sekolah asrama, saya pergi ke sekolah asrama," katanya.

"Saya tahu mereka ada bersama saya, mereka mendengarkan, mereka menonton ini semua."

Felisha Crier Hosein hadir untuk menghormati mendiang ibunya yang membantu membuat museum untuk Samson Cree Nation di dekatnya.

"Maaf tidak akan membuat apa yang terjadi hilang begitu saja," katanya. "Tapi itu sangat berarti bagi para sesepuh."

Artikel ini diproduksi oleh Hellena Souisa dari ABC News

Iklan

Berita Selanjutnya

1 Januari 1970


Artikel Terkait

    Berita terkait tidak ada



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Berita terkait tidak ada