Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Logo ABC

Seperti Apa Keluarga Sesama Jenis Kelamin di Australia Membesarkan Anak Mereka?

Reporter

Editor

ABC

image-gnews
Iklan
Kirk Yan (kanan) dan pasangannya Rhys Bobridge dengan anak kembar mereka. (Supplied: Kirk Yan)

Kirk Yan mengatakan dia memutuskan punya anak demi keinginan ibunya yang tinggal di China, bukan untuk dirinya sendiri.

"Melihat saya memiliki anak membuat ibu saya merasa sedikit lebih baik," katanya kepada ABC.

Baca Juga:

"Bila saya tidak mendapat tekanan dari ibu saya, mungkin saya tidak akan memutuskan untuk punya anak."

Kirk, usia 39 tahun, bekerja sebagai podiatrist, atau ahli terapi kaki. Ia dibesarkan di Hubei, China, sebelum pindah ke Sydney saat berusia 22 tahun.

Dia mengatakan ibunya "sudah banyak menderita" dalam hidupnya dan selalu berusaha "menjaga kehormatan keluarga."

Baca Juga:

"Dia membayangkan menyelenggarakan pesta besar di China ketika saya menikah, namun ketika saya mengakui orientasi seksual saya, mimpi itu buyar dan membuatnya kecewa," katanya.

Pasangan sesama jenis di China tidak memiliki hak hukum yang sama untuk menikah dan mengadopsi anak seperti pasangan heteroseksual.

Pada tahun 2016, setahun setelah dia mengaku kepada ibunya, Kirk memutuskan untuk memiliki anak lewat bantuan lembaga internasional dengan harapan hal tersebut  bisa menghibur ibunya.

Saudara perempuan dari pasangan Kirk dan Rhys Bobridge menawarkan indung telurnya yang kemudian dikandung oleh seorang ibu pengganti asal Amerika Serikat yang melahirkan anak kembar.

Kirk lega karena seluruh prosesnya berjalan dengan mulus.

Kirk mengatakan ia tidaklah berbeda dengan orangtua lainnya.

"Melihat mereka tumbuh dari bayi sampai sekarang bisa berjalan, berbicara, melompat dan bermain, kadang anak-anak datang memeluk dan bilang, 'Papa, aku sayang kamu'," katanya.

"Saya sangat mencintai mereka."

"Saya dilimpahi oleh kasih sayang keluarga, sehingga kesulitan [membesarkan anak] seperti tidak terasa."

Dr Shawna Tang, dosen senior di bidang studi gender di University of Sydney mengatakan apa yang dialami oleh Kirk merupakan "pengalaman umum."

"Ada tekanan lebih besar bagi pria homoseksual China dibandingkan perempuan China yang lesbian, karena budaya patriarki dan chauvinis di China," kata Dr Tang.

"Anak laki-laki diharapkan memiliki keturunan untuk meneruskan nama keluarga."

Menurut Shawna mengatakan dugaan bahwa budaya China bersikap homophobia adalah salah.

"Ada banyak bukti yang menunjukkan bahwa kehidupan sesama jenis, penyimpangan gender, dilakukan dan diterima oleh masyarakat China, dan banyak cerita positif mengenai kehidupan mereka."

Menurut data Sensus 2021 dari Biro Statistik Australia, ada lebih dari 2.000 pasangan sesama jenis di Australia yang lahir di China, jumlah ketiga terbesar setelah Inggris dan Selandia Baru.

Filipina dan Malaysia adalah dua negara Asia lainnya yang memiliki pasangan sesama jenis terbesar, dengan jumlah masing-masing 1.725 dan 1.019 pasangan.

Data ABC mencatat sekitar 17,3 persen pasangan sesama jenis di Australia memiliki anak.

'Tidak mudah menemukan tempat penitipan anak'

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Masalah pendidikan merupakan kekhawatiran utama bagi pria transgender keturunan China asal Malaysia, Kim Lee.

Setelah pasanganya beberapa kali mengalami keguguran, Kim memutuskan untuk melakukan terapi hormon di tahun 2021, yang memungkinkannya hamil lewat proses bayi tabung.

Bulan Maret tahun lalu dia melahirkan bayi bernama Morgan.

Ia mengatakan beberapa anggota keluarganya di Malaysia belum menerima identitas gendernya sekarang.

Tetapi fokusnya sekarang adalah memastikan Morgan bisa tumbuh di lingkungan yang aman dan penuh dukungan.

Kim mengatakan salah satu tantangannya adalah menemukan tempat penitipan anak yang bisa menerima semua gender.

Setelah mengunjungi beberapa tempat pengasuhan anak selama beberapa bulan, Kim mengatakan menemukan sebuah tempat tidak jauh dari rumah mereka dan sudah mendaftarkan anaknya.

Tapi ini barulah awal dari perjalanan membesarkan anaknya.

"Nanti dia akan ke sekolah, ada universitas, dan kami tidak tahu apa yang akan terjadi," katanya.

'Terjepit di antara dua batu'

Cedric Yin-Cheng adalah pendiri dan presiden Aliansi Pelangi Tongzhi Australia dan Selandia Baru (ANTRA), sebuah organisasi nirlaba bagi kelompok muda LGBTQIA+ yang berbahasa Mandarin dan Kanton.

Yin-Cheng mengatakan kepada ABC bahwa banyak keluarga LGBT asal China di Australia seperti "terjepit di antara dua batu."

"Mereka tidak bisa menjadi bagian dari kelompok homoseksual mainstream maupun budaya China mainstream," katanya.

Menurutnya dengan jumlah orangtua dari kalangan LGBTQIA+ semakin meningkat di Australia, dukungan kepada mereka menjadi penting, tidak saja bagi komunitas LGBTQIA+, tapi juga seluruh komunitas.

Yin-Cheng mengatakan banyak orangtua dari kalangan homoseksual memiliki keprihatinan yang sama, yakni soal diskriminasi dan 'bullying' di dunia pendidikan.

"Banyak sekolah tidak menjelaskan strategi dan kebijakan tentang pelajar dari lingkungan LGBTQIA+," katanya.

Menurut Dr Shawna, keluarga dari kalangan LGBTQIA+ sering menjadi sasaran dan mendapat perlakuan berbeda, tetapi jalan keluarnya bisa dengan solusi praktis.

"Dalam penelitian, anak-anak dari keluarga sesama jenis tidaklah lebih rentan dari tindakan bullying dan diskriminasi dibandingkan keluarga heteroseksual," katanya.

"Anak-anak bisa melakukan strategi tertentu, misalnya tidak perlu menjelaskan kalau mereka berasal dari keluarga sesama jenis, atau memilih siapa saja yang akan mereka beritahu soal latar belakang keluarga mereka".

"Saya kira kekhawatiran tentang anak-anak dari keluarga tersebut bisa ditangani dengan baik melalui bantuan dari orangtua mereka."

Artikel ini dirangkum oleh Sastra Wijaya dari laporan ABC News.

Iklan

Berita Selanjutnya

1 Januari 1970


Artikel Terkait

    Berita terkait tidak ada



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Berita terkait tidak ada