Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Kualitas udara Jakarta terukur dalam kategori tidak sehat untuk kelompok-kelompok yang sensitif dengan udara buruk pada Selasa pagi ini 6 Agustus 2019. Indeks kualitas udara sebesar 128 tersebut dikutip dari laman AirVisual yang menggunakan parameter partikel debu berukuran 2,5 mikrometer dalam pengukurannya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Indeks kualitas udara itu disumbang dari lokasi-lokasi pengukuran di Pejaten Barat, Pegadungan, GBK Senayan, Rawamangun, Kemayoran, Kedutaan Amerika di Jakarta Selatan dan Pusat, serta Mangga Dua. Sebagian lokasi menunjukkan udara tidak sehat untuk kelompok sensitif, tapi ada juga yang menunjukkan kualitas sedang, dan satu kualitas tidak sehat.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dibandingkan dengan kota-kota dunia yang diukur di laman yang sama, pada waktu yang bersamaan, Jakarta berada di peringkat enam. Kualitas udara Jakarta hanya lebih baik dari Kabul, Afganistan; Lahore, Pakistan; Beijing, Cina; Tashkent, Uzbekistan; dan Kalkuta, India.
Sehari sebelumnya indeks kualitas udara Jakarta sempat melonjak ke-15. Itu bertepatan dengan gangguan pasokan listrik yang dialami warga di Jawa Barat, Banten, dan DKI Jakarta. Tentang lonjakan itu Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menolak berspekulasi tentang sebab akibatnya. Dia menyatakan masih akan memantau ke depannya.