Granat di Pangkalan Rudal |
ACEH, negeri yang teraniaya itu, kembali diguncang ledakan. Kali ini yang ketiban apes adalah Markas Komando Artileri Pertahanan Udara (Arhanud) Peluru Kendali (Rudal) 001, di Desa Pulorungkom, Kreunggeukeuh, Kecamatan Dewantaraā15 kilometer sebelah barat Lhokseumawe āSelasa dini hari pekan lalu. Lima granat dilemparkan ke arah bangunan kantor dan kesatriaan markas itu, tapi tidak ada korban jiwa.
Aksi ini terjadi hanya berselang delapan hari setelah penembakan yang menewaskan 43 penduduk dan menyebabkan 280 orang luka berat dan ringan. Tim Komnas HAM, yang dipimpin Koesparmono Irsan, didampingi Gubernur Aceh Syamsuddin Mahmud, sehari setelah ledakan itu berkunjung ke tempat ini untuk melakukan investigasi mengenai tragedi berdarah yang meledak di Simpang KKA (Kertas Kraft Acehāpabrik kertas), pada 3 Mei lalu.
Ledakan granat tersebut tidak menimbulkan kerusakan yang berarti. Wartawan TEMPO Agus S. Riyanto, yang datang ke lokasi sehari setelah peledakan, melihat sisa-sisa ledakan, seperti pecahan kaca, di tempat kejadian sudah dibersihkan. Yang terlihat hanya drum-drum bekas minyak yang diletakkan di setiap sudut dan diikat dengan tali rafia untuk menunjukkan lokasi dan bekas ledakan.
Komandan Korem 001 Lila Wangsa, Kolonel Inf. Johnny Wahab, menduga pelaku pelemparan granat adalah para anggota kelompok gerakan pengacau yang selama ini sering mengganggu keamanan di Aceh. Sedangkan Komandan Detasemen Rudal 001, Mayor Inf. Santun, mengatakan bahwa senjata yang dipakai para pelaku merupakan pelontar granat jenis GML. Alat ini punya jarak lontar sampai 300 meter.
Namun, tuduhan Johnny langsung dibantah oleh Panglima Perang Gerakan Aceh Merdeka Wilayah Timur, Zakaria Ali. "Peledakan itu mereka lakukan sendiri. Kalau kami yang melakukan, kenapa tidak sekalian tempat rudal atau tempat mereka tidur? Ini jelas-jelas suatu tindakan untuk menyudutkan kami," katanya ketika ditemui saat menjaga Posko Referendum Simpang Kertas Kraft Aceh.