Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Arsip

Anak Rewel saat Menyapih, Kenali Tanda Kesiapan dan Lakukan 6 Cara Ini

Cara menyapih anak agar tidak rewel juga bisa dilakukan dengan memperkenalkannya secara bertahap

14 Oktober 2020 | 08.28 WIB

Ilustrasi menyusui. factretriever.com
Perbesar
Ilustrasi menyusui. factretriever.com

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Setelah memasuki masa MPASI para ibu biasanya mulai menyiapkan fase menyapih atau weaning. Fase ini berarti ketika anak tak lagi menyusu langsung pada ibunya. Meski begitu tak sedikit yang menghadapi tantangan saat menyapih, salah satunya anak mulai rewel. 

Selain itu, ada banyak emosi yang terlibat ketika memasuki tahap ini. Mulai dari antusiasme memperkenalkan hal baru pada si kecil hingga sedih karena anak tak lagi hanya menyusu pada ibunya. Menyapih tak hanya soal memperkenalkan makanan padat di usia sekitar 6 bulan. Berhenti menyusui langsung ketika anak dirasa cukup umur – sekitar 2 tahun atau sebelumnya – juga merupakan tahap menyapih.

Berikut ini beberapa cara agar anak tidak rewel saat proses menyapih

1. Kenali tanda kesiapan anak

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

Memasuki usia 6 bulan maupun bagi anak yang menjalani MPASI dini, akan ada tanda-tanda kesiapan yang muncul. Mulai dari tampak lebih lapar dari biasanya, bisa duduk tanpa bantuan, serta tertarik ketika orang lain di sekitarnya sedang makan. Selain itu, respons anak ketika ada makanan di dekatnya juga bisa menjadi indikator. Anak akan belajar mengunyah makanan yang masuk ke mulutnya tanpa refleks mendorongnya keluar dengan lidah. Tak hanya itu, anak juga akan menyambut makanan yang masuk dengan membuka mulut.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

2. Lakukan secara bertahap

Cara menyapih anak agar tidak rewel juga bisa dilakukan dengan memperkenalkannya secara bertahap. Tak perlu mengubah drastis secara signifikan karena akan membuat anak bingung. Atur perkenalan ini semulus mungkin tanpa perlu terburu-buru.Berapa lama anak bisa sukses disapih adalah pilihan ibu dan anak, tak harus disamakan dengan anak lain. Jika menyapih anak berhenti menyusu langsung dari ibu perlu waktu berminggu-minggu hingga berbulan-bulan, bukan masalah.

3. Pilih media pemberian susu/ASI

Ada banyak media alternatif pemberian susu atau ASI perah ketika menyapih dilakukan sebelum 2 tahun. Bisa dengan botol susu, gelas, sendok, cup feeder, dan banyak lagi. Temukan mana media yang paling sesuai. Tentunya, setiap pilihan punya kelebihan dan kekurangan masing-masing.Namun jika anak disapih ketika sudah cukup usia sekitar 2 tahun, pilihannya lebih banyak lagi. Ada yang memilih mengonsumsi susu formula, susu UHT, atau tidak mengonsumsi susu lagi. Pilihan apapun bergantung pada preferensi orangtua.

4. Tak usah pasang target

Menyapih anak bukanlah perlombaan, jadi tak perlu memasang target. Anak sedang belajar aktivitas baru yang disebut “makan”, bukan diwajibkan mengonsumsi sejumlah makanan dengan takaran tertentu. Tak ada kewajiban untuk harus selalu menghabiskan makanan di piring mereka.Memasang target berlebihan hanya akan membuat orangtua mudah stres bahkan dapat memaksa anak mereka. Ini berpotensi membuat pengalaman makan menjadi traumatis.

5. Afirmasi kepada anak

Setiap perubahan apapun hingga yang terkecil harus melewati afirmasi kepada anak. Ini bisa dilakukan dengan mengulang kalimat tentang menyapih secara berulang, sejak jauh-jauh hari. Dengan demikian, anak mulai memahami perubahan apa yang akan mereka hadapi. Tak hanya saat terjaga, memberikan afirmasi juga bisa dilakukan ketika anak mulai terlelap. Memasuki fase deep sleep, sampaikan hipnoterapi apa yang akan dilakukan terkait menyapih sehingga mereka bisa lebih memahami. Beberapa cara menyapih anak agar tidak rewel ini bisa menjadi kunci mulusnya adaptasi. Perubahan dari menyusu selama 2 tahun hingga berhenti atau mulai mengenal makanan adalah hal besar bagi dunia anak. Pastikan proses ini berlangsung dengan nyaman dan positif.

6. Tetap bangun ikatan

Menyapih bukan hanya memperkenalkan makanan padat, tapi juga bisa berupa fase berhenti menyusui langsung atau direct breastfeeding pada ibu. Ketika hal ini terjadi, tetap bangun ikatan dengan cara menggendong atau berinteraksi dekat meskipun ASI atau susu formula diberikan dengan media lain.

7. Minta bantuan orang lain

Jangan segan meminta bantuan orang lain di rumah untuk membantu memberikan makanan, ASI perah, atau susu formula kepada si kecil. Hal ini bisa dimulai secara perlahan sebelum terbangun pola yang lebih teratur.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus