Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Sakit kepala pada anak-anak termasuk kondisi umum dan biasanya tidak serius. Seperti orang dewasa, anak-anak juga bisa mengalami berbagai jenis sakit kepala, termasuk migrain atau sakit kepala yang terkait dengan stres juga sakit kepala kronis.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dalam beberapa kasus, sakit kepala pada anak-anak disebabkan oleh infeksi, tingkat stres, kecemasan yang tinggi, atau trauma kepala ringan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurut dokter spesialis anak Lies Dewi Nurmalia, sekitar 80-90 persen sakit kepala cukup sering dialami anak, hanya sekitar 6 persen yang mengkhawatirkan.
"Sakit kepala yang ditandai dengan pandangan tidak jelas, gangguan kepribadian jadi lebih perasa dan ada anggota tubuh menjadi lemah, dan sakit kepala disertai demam pada lehernya harus dilakukan pemeriksaan sesering mungkin," ucap Lies Dewi pada Tanya IDAI di Instagram Live Selasa, 7 Juli 2020.
Anak-anak mendapatkan jenis sakit kepala yang sama dengan yang dialami orang dewasa, tetapi gejalanya mungkin sedikit berbeda. Misalnya, nyeri migrain pada orang dewasa sering berlangsung setidaknya empat jam. Tetapi pada anak-anak, rasa sakitnya mungkin jauh lebih sedikit dari itu.
"Terdapat kondisi yang mesti diwaspadai jika sakit kepala sampai bikin anak terbangun di malam hari lantaran menahan sakit, sakit kepala disertai muntah tanpa mual di pagi hari, terus-terusan sakit kepalanya semakin berat dan sering, sakit kepala yang tidak tertahankan, dan tidak sama seperti sebelumnya," ungkap Lies.
Lies menyarankan bila anak sakit kepala cukup minum, istirahat, berada di ruangan agak gelap yang tidak berisik, jauhkan juga bebauan.
"Perlu diperhatikan juga kadang ada beberapa makanan yang mencetuskan sakit kepala paling sering yakni keju dan cokelat. Orang tua bisa memberikan pertolongan pertama dengan paracetamol," ujar Lies menyarankan.