Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Plus-Minus Main Escape Room

Permainan escape room yang mengasah otak dan ketelitian diyakini dapat memberikan sejumlah manfaat. Namun psikolog Tika Bisono mengingatkan bahwa permainan di ruang tertutup ini tidak bisa dimainkan semua orang, terutama bila memiliki fobia.

28 Agustus 2022 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Wahana permainan melarikan diri alias escape room kian digemari. Escape room dimainkan minimal dua hingga 10 orang. Mereka akan dibawa ke sebuah ruangan terkunci, lalu harus memecahkan kode dan teka-teki untuk bisa menuju ke ruangan selanjutnya sehingga dapat menyelesaikan sebuah misi.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Genre permainan ini bermacam-macam, dari fantasi, aksi, petualangan, hingga horor. Escape room dapat menguji keberanian, kerja sama tim, dan menghadirkan ketegangan karena waktu permainan yang dibatasi.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Person in charge House of Trap, Riyan Adiputra, mengatakan permainan ini tidak hanya untuk bersenang-senang. “Fun-nya dapat, belajarnya dapat. Sebab, di dalam pun kami selipkan sejarah-sejarah,” kata Riyan kepada Tempo, Selasa, 23 Agustus lalu. House of Trap merupakan wahana escape room yang berada di Mal Kelapa Gading 1, Jakarta Utara.

Riyan menuturkan wahana ini menampilkan beberapa pengetahuan umum dalam tema permainannya. Dalam God of Egypt, misalnya, Riyan dan timnya menghadirkan nama-nama dewa. Manfaat lainnya, permainan ini dapat menguatkan ikatan antar-anggota tim.

Tak hanya asah otak dan ketelitian, untuk beberapa tema tertentu juga melibatkan kegiatan fisik. Jadi, kata Riyan, ada beberapa syarat yang perlu diperhatikan calon pemain. Misalnya, ibu hamil tidak diperbolehkan mengikuti escape room ini. Usia pemain pun dibatasi. Misalnya usia 9 tahun dan di atas 50 tahun tidak disarankan. “Kami takutkan bakal rawan untuk orang yang terlalu tua manjat-manjat,” kata dia.

Person In Charge (PIC) House of Trap, Riyan Adiputra, di House of Trap, Summarecon Mall Kelapa Gading, Jakarta, 23 Agustus 2022. TEMPO/Nita Dian

Adapun psikolog Tika Bisono mengatakan permainan ini tidak cocok bagi penderita klaustrofobia alias fobia ruangan tertutup dan berpenyakit jantung. Sebab, ruangan tertutup dapat memberikan tekanan tertentu. “Ketika merasa kita locked up, yang bekerja di kepala adalah ‘You can’t escape’. Makanya judulnya escape room,” ujar dia.

Sama seperti wahana ekstrem semacam jet coaster, escape room harus mensyaratkan minimal umur dan mengikuti standar kesehatan. Escape room, kata Tika, adalah permainan mencekam tapi menyenangkan. Karena itu, permainan ini tidak bisa sembarangan dilakukan semua orang.

Psikolog keluarga dan anak, Astrid Wen, menuturkan permainan dengan unsur tantangan seperti escape room masih dalam taraf aman. Wahana ini bisa menjadi masalah apabila orang yang tidak bersedia main dipaksa main. Yang sering terjadi, kata dia, ada anggapan seseorang akan lebih berani apabila mencoba permainan yang menantang. “Untuk menjadi berani, seseorang harus dikasih keamanan, rasa security. Bahkan kalau yang di-inject adalah ketakutan, malah makin takut,” tutur dia.

Menurut Astrid, jika melibatkan anak-anak dalam escape room, genre petualangan akan terasa lebih seru. Tapi, jika temanya horor, orang tua harus mengedukasi anak-anaknya lebih dulu agar jangan sampai lebih takut kepada hantu. Orang tua, kata Astrid, juga tidak perlu menakut-nakuti anaknya. Sebelum memulai permainan, orang tua bisa mempersiapkan anak agar tidak perlu takut apabila bertemu dengan orang yang memakai topeng dan kostum menakutkan. Dengan begitu, kegiatan bersama keluarga pun menjadi lebih menyenangkan.

Astrid mengatakan sebetulnya permainan yang memicu ketakutan kurang baik karena tidak menarik kesenangan atau kegairahan seseorang. Namun, menurut praktisi di Theraplay ini, sepanjang tidak mengandung ancaman menakutkan dan bukan horor, escape room bisa membangun kekompakan sebuah tim.

Wahana memacu adrenalin lainnya, seperti rumah hantu, pun demikian. Astrid mengatakan tidak menjadi masalah bila seorang penakut, tapi penasaran, ingin mencobanya. Tapi pemain harus memperhatikan dirinya sendiri. Setidaknya ada dua efek yang mungkin terjadi, yaitu makin takut setelah menjajalnya atau bisa menikmatinya sebagai rekreasi. “Kalau setelah dari situ mimpi buruk dan takut, itu bukan kegiatan yang cocok bagi kita.” 

FRISKI RIANA

 

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Friski Riana

Friski Riana

Reporter Tempo.co

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus