Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Dokter Spesialis Anak RSUD Kalideres Tiurma Lisapine mengimbau masyarakat agar mewaspadai bahaya carrier difteri. Tiurma mengatakan carrier difteri biasa dialami oleh orang yang sama sekali tidak menunjukkan gejala difteri namun sebenarnya terjangkit. Carrier difteri ini bisa menularkan bakteri difteri ke orang lain di sekitarnya hingga 6 bulan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Carrier difteri itu orang sehat, tidak ada gejala difteri tidak ada ditemukan selaput putih, tetapi ternyata setelah diperiksa ada kumannya,” kata Tiurma kepada Tempo, Selasa 12 Desember 2017.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tiurma mengatakan biasanya seseorang menjadi carrier difteri karena tertular orang terdekatnya yang positif terdiagnosis penyakit itu. Dokter biasanya langsung memeriksa orang dekat pasien seperti orang tua dan tetangganya ketika menemukan kasus difteri.
Ia mengatakan salah pencegahan dari carrier difteri adalah imunisasi. Menurutnya imunisasi juga harus dilakukan secara lengkap. Imunisasi difteri dilakukan dalam tiga tahap. Tahap pertama dan kedua hanya berselang satu bulan. Sedangkan dari tahap kedua hingga imunisasi ketiga jaraknya sekitar enam bulan.
Baca: Imunisasi Difteri di SMA 33, Siswa Histeris hingga Nyaris Pingsan
Agar penderita carrier difteri tidak menularkan bakteri mematikan itu penanganannya sama seperti pasien difteri yaitu diisolasi di rumah sakit.
Kasatpel Upaya Kesehatan Masyarakat Puskemas Cengkareng Evelyn mengimbau masyarakat untuk tidak usah khawatir dengan carrier difteri. Evelyn mengatakan Dinas Kesehatan DKI Jakarta juga melakukan beberapa upaya untuk mencegah dan menanggulangi carrier difteri.
Ada lima upaya yang dilakukan Dinkes DKI yaitu melakukan vaksinasi dan booster di Puskesmas dan Posyandu. Kedua, menjaga kualitas vaksin yang diberikan. Ketiga, melakukan penyelidikan epidemiologi setiap kasus dugaan difteri.
Dinas kesehatan DKI juga melakukan pemeriksaan di tenggorokan dan memberikan antibiotik profilaksis sesuai panduan dinas kesehatan provinsi. Mereka juga mendeteksi dini penyakit difteri di UGD dan poli.