Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Arsip

Bayi Meninggal di Rumah Sakit, Gubernur Djarot Ingatkan Kode Etik  

Bayi Debora meninggal di RS Mitra Keluarga karena orang tuanya tak punya Rp 19 juta untuk biaya fasilitas PICU.

10 September 2017 | 13.48 WIB

Ilustrasi bayi dalam inkubator. shutterstock.com
Perbesar
Ilustrasi bayi dalam inkubator. shutterstock.com

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat mengingatkan dokter dan rumah sakit agar berpedoman pada kode etik. Menurut dia, keselamatan pasien harusnya jadi prioritas.

"Rumah sakit itu wajib memberikan pertolongan secara maksimal kepada siapa pun juga. Itu skala prioritas, itu kode etik dokter dan rumah sakit," ucap Djarot kepada wartawan di Jakarta pada Minggu, 10 September 2017.

Pernyataan Djarot disampaikan untuk menjawab pertanyaan wartawan terkait dengan meninggalnya Tiara Debora, bayi berusia 4 bulan, di Rumah Sakit Mitra Keluarga, Kalideres, Jakarta Barat.

Djarot berjanji akan menemui Dinas Kesehatan DKI Jakarta untuk membahas kasus tersebut. “Kita lihat dulu bener gak dia (Rumah Sakit Mitra Keluarga, Kalideres,) tidak memberikan perawatan semestinya," katanya.

Tiara Debora meninggal pada Minggu, 3 September 2017, karena terlambat mendapat pertolongan dari Rumah Sakit Mitra Keluarga, Kalideres. Pada sekitar pukul 03.30 WIB, Rudianto Simanjorang dan Henny Silalahi membawa anaknya ke rumah sakit tersebut karena mengalami sesak napas.

Orang tua Debora menjelaskan, rumah sakit menolak merawat Debora di fasilitas pediatric intensive care unit (PICU) karena tidak mampu memenuhi biaya administrasi Rp 19 juta. Saat itu, mereka baru memiliki dana Rp 5 juta untuk fasilitas pelayanan PICU.

Pihak rumah sakit beralasan tidak menerima pasien Badan Penyelenggara Jaminan Sosial. Mereka membuat surat rujukan bagi rumah sakit lain yang menerima pasien BPJS.

Sejumlah rumah sakit ditelepon, namun tak ada satu pun yang fasilitas PICU-nya kosong. Henny mengunggah status di Facebook dan menghubungi teman-temannya untuk minta dicarikan rumah sakit.

Pada pukul 09.00 WIB, orang tua Debora mendapat kabar bahwa RS Koja yang memiliki PICU, bersedia menampung anaknya.

Namun, ketika dokter dari RS Mitra Keluarga, Kalideres, menghubungi RS Koja, kondisi Debora makin memburuk. Tak lama kemudian bayi berusia 4 bulan itu meninggal.

Mereka membawa pulang Debora dan menguburkan anak kelimanya itu untuk selamanya.  Kisah Henny ini sempat viral di media sosial. Henny mengaku tak mengharapkan apa-apa, selain berharap tak ada Debora-Debora lain.

Dalam keterangan persnya, manajemen RS Mitra Keluarga, Kalideres, menyampaikan bahwa awalnya Debora diterima instalasi gawat darurat (IGD) sekitar pukul 03.40 WIB dalam keadaan tidak sadar dan tubuh tampak membiru.

"Pasien dengan riwayat lahir prematur memiliki riwayat penyakit jantung bawaan (PDA) dan keadaan gizi kurang baik," kata pihak manajemen. Mereka menyebut Henny menolak perawatan di ICU lantaran terkendala biaya.

Dokter pun menawarkan kepada Henny agar Debora dirujuk ke RS yang bekerja sama dengan BPJS. Menurut dia, Henny setuju dan mendapat surat rujukan. Dalam proses pencarian RS tersebut, baik keluarga pasien maupun pihak rumah sakit kesulitan mendapatkan tempat.

M. YUSUF MANURUNG


 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Untung Widyanto

Untung Widyanto

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus